Kementerian Luar Negeri China tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Nilai total penjualan senjata tersebut mencapai hingga US$11,154 miliar, menurut pernyataan terpisah dari Kementerian Pertahanan Taiwan. Kesepakatan ini menjadi salah satu yang terbesar sepanjang sejarah hubungan pertahanan AS–Taiwan, meski Departemen Luar Negeri AS menyatakan nilai akhir dapat lebih rendah, tergantung pada faktor seperti otorisasi anggaran dan kebutuhan militer.
Penjualan senjata ini terjadi kurang dari dua bulan setelah Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump bertemu di Korea Selatan dan menyepakati gencatan senjata selama satu tahun dalam sengketa dagang kedua negara. Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Beijing memastikan akses AS terhadap logam tanah jarang yang krusial bagi industri manufaktur, mulai dari ponsel pintar hingga rudal.
Dalam percakapan telepon bulan lalu, Xi mengatakan kepada Trump bahwa kembalinya Taiwan ke China merupakan “bagian integral dari tatanan internasional pascaperang,” menegaskan bahwa Taiwan akan tetap menjadi titik rawan dalam hubungan AS–China.
Penjualan ini juga berlangsung di tengah upaya Taiwan dan AS untuk merampungkan perjanjian dagang bilateral. Pada musim panas lalu, Trump mengenakan tarif 20% atas barang-barang asal Taiwan, dan perundingan dalam beberapa bulan terakhir belum berhasil menurunkan tarif tersebut, sesuatu yang justru mampu dinegosiasikan oleh Jepang dan Korea Selatan.
HIMARS menjadi komponen terbesar dalam penjualan senjata AS kali ini. Pada Mei, Taiwan melakukan uji tembak langsung pertama sistem peluncur roket multilaras tersebut, yang terbukti sangat efektif dalam upaya Ukraina mempertahankan diri dari invasi Rusia.
Platform ini dapat dipersenjatai dengan rudal yang mampu menyerang sasaran hingga jarak 300 kilometer, melampaui garis pantai tenggara China, sehingga secara signifikan meningkatkan kemampuan serangan Taiwan baik dari sisi jangkauan maupun presisi.
Dalam pernyataannya terkait penjualan HIMARS, Departemen Luar Negeri AS menyebut langkah tersebut sejalan dengan kepentingan keamanan nasional AS dengan membantu Taiwan “memodernisasi angkatan bersenjatanya dan mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel.”
HIMARS dinilai akan “membantu menjaga stabilitas politik, keseimbangan militer, dan kemajuan ekonomi di kawasan,” tambah pernyataan tersebut.
Meski terdapat pertanyaan mengenai komitmen Trump terhadap Taiwan, masa jabatan pertamanya diwarnai oleh 22 pemberitahuan penjualan militer ke Taiwan dengan total nilai US$18,65 miliar, termasuk kasus yang tertunda serta pendanaan pemeliharaan sistem yang sudah ada. Angka itu dibandingkan dengan sekitar US$8,7 miliar selama pemerintahan Joe Biden, menurut laporan Cato Institute pada 2024.
(bbn)




























