Adapun aksi korporasi ini ditangani oleh beberapa pihak. Selain PT Sucor Sekuritas terdapat nama-nama PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, juga PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Manajemen Superbank menyampaikan bahwa sekitar 70% dana hasil IPO akan digunakan sebagai modal kerja untuk penyaluran kredit. Sementara itu, sekitar 30% dialokasikan untuk belanja modal yang dilakukan secara bertahap mulai 2026 hingga lima tahun ke depan, termasuk pengembangan produk dan teknologi informasi.
Pengembangan tersebut mencakup pembiayaan dan sistem pembayaran dengan fokus pada solusi digital bagi segmen ritel dan UMKM, serta investasi pada infrastruktur teknologi, sistem operasional, kecerdasan buatan (AI) dan analitik data, serta peningkatan keamanan siber.
Dalam prospektus juga disebutkan bahwa setelah mencatat saldo laba positif, Superbank menetapkan kebijakan dividen dengan target pembagian sebanyak-banyaknya 85% dari laba bersih tahun berjalan.
Keputusan pembagian dividen akan mempertimbangkan sejumlah faktor, antara lain kinerja keuangan perseroan, rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), tingkat kesehatan bank, kondisi keuangan, ekspektasi pertumbuhan laba, kebutuhan permodalan di masa depan, rencana pengembangan usaha, keberlanjutan bisnis, kondisi pasar dan perekonomian, kepentingan pemegang saham, serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
Berdasarkan prospektus tersebut, perseroan merencanakan pembagian dividen setelah saldo laba positif tercapai dan dengan memperhatikan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas serta persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Selain dividen final, Superbank juga membuka kemungkinan pembagian dividen interim berdasarkan keputusan direksi dengan persetujuan dewan komisaris. Dalam hal perseroan mengalami kerugian pada akhir tahun buku setelah pembagian dividen interim, dividen tersebut wajib dikembalikan oleh pemegang saham.
Dari sisi kinerja, hingga semester I-2025 Superbank mencatatkan pendapatan bunga Rp904,49 miliar, naik dari sebelumnya Rp268,15 miliar. Peningkatan tersebut mendorong perseroan membukukan laba Rp20,5 miliar, berbalik dari sebelumnya rugi bersih Rp135,43 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Pasca IPO, struktur pemegang saham Superbank mencakup PT Elang Media Visitama (anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk), PT Kudo Teknologi Indonesia (Grab), A5–DB Holdings, GXS Bank, KakaoBank, dan Singtel Alpha Investments, dengan Emtek dan Grab tercatat sebagai pemegang saham terbesar.
(wep)




























