Logo Bloomberg Technoz

Lebih lanjut, ia mengingatkan risiko crowding out, apabila dana Patriot Bond terlalu lama ditempatkan pada Surat Utang Negara (SUN) atau saham tanpa segera disalurkan ke proyek riil.

David juga menyinggung keterlibatan sejumlah konglomerat besar dalam tahap awal Patriot Bond. Dari sekitar 40 perusahaan yang terlibat pada tahap pertama, masih akan ada tahap lanjutan dengan cakupan yang lebih luas.

"Jadi [patriot bond] harus jalan, supaya ekonominya bergerak," tegasnya. 

Patriot Bonds sendiri berlandaskan pada prinsip partisipasi sukarela dan tanggung jawab kolektif. Melalui skema ini, kelompok usaha nasional diberi ruang untuk berkontribusi terhadap pembangunan lintas generasi, dengan tujuan menjaga keberlanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

Sebagai informasi, sebelumnya beredar deretan konglomerat yang berkomitmen dalam penerbitan patriot bond. Dalam dokumen yang beredar tersebut, tercatat total komitmen sebesar Rp51,75 triliun. 

Sejumlah konglomerat papan atas justru mengambil posisi jumbo, yakni senilai Rp3 triliun. Mereka antara lain Antony Salim (Salim & DCI), Prajogo Pangestu (Barito), Sugianto Kusuma (Agung Sedayu & Erajaya), Franky Widjaja (Sinar Mas), Boy Thohir dan Edwin Soeryadjaya (Adaro & Saratoga), Budi Hartono (Djarum), serta Low Tuck Kwong (Bayan Resources).

Selain nama-nama tersebut, ada pula sejumlah konglomerat yang masuk dengan porsi menengah. James Riady (Lippo) berkomitmen Rp1,5 triliun, Hilmi Panigoro (Amman Mineral) Rp1,5 triliun, Gunawan Lim (Harita) Rp1,5 triliun, dan Eddy Sariaatmadja (Emtek Group) Rp1,5 triliun.

Beberapa nama lain juga muncul dengan kontribusi yang lebih kecil, seperti Arif Rachmat (Triputra) dengan Rp750 miliar, Alexander Tedja (Pakuwon) Rp1,1 triliun, William Katuari (Wings) Rp1,1 triliun, hingga Martua Sitorus (KPN) dengan Rp1 triliun.

(ain)

No more pages