Logo Bloomberg Technoz

“Kami yakin kami memiliki peluang nyata untuk menjadi pemain global yang serius — yang mampu menantang dua negara teratas.”

Pemerintahan Lee mengandalkan kecerdasan buatan untuk membantu memulihkan pertumbuhan ekonomi setelah berbulan-bulan kekacauan politik di bawah mantan Presiden Yoon Suk Yeol. Yeol digulingkan setelah upaya gagal untuk memberlakukan hukum darurat

Keputusan untuk lebih dari tiga kali lipat anggaran AI menjadi 10,1 triliun won atau setara US$6,9 miliar tahun depan juga datang saat mesin pertumbuhan tradisional Korea dalam manufaktur dan ekspor, seperti semikonduktor dan otomotif, menghadapi persaingan yang semakin ketat dari China.

Sejak menjabat, Bae bergerak dengan cepat. Bekerja sama dengan Sekretaris Presiden Senior untuk AI Ha Jung-Woo, Bae menyetujui kerja sama dengan CEO BlackRock Inc., Larry Fink, untuk berinvestasi bersama dalam pusat data skala besar yang didukung energi terbarukan di Korea Selatan.

Pemerintah Korsel juga menandatangani kesepakatan dengan CEO Nvidia Corp., Jensen Huang, untuk membeli 50.000 chip akselerator yang sangat dicari dari perusahaan tersebut untuk keperluan komputasi AI. Kesepakatan ini merupakan bagian dari lebih dari 260.000 unit pemroses grafis (GPU) yang disepakati Nvidia untuk disuplai ke kementerian dan perusahaan terkemuka Korea, termasuk Samsung Electronics Co.  

Huang mengatakan kesepakatan ini akan membantu Korea menjadi salah satu negara terdepan dalam infrastruktur AI. “Korea memiliki peluang besar untuk menjadi pusat AI regional dan salah satu pusat AI terbesar di dunia,” katanya kepada wartawan setelah kesepakatan diumumkan pada Oktober.

Bae, yang mandatnya diperluas pada Oktober ketika ia juga ditunjuk sebagai wakil perdana menteri, awalnya tidak berencana bekerja di pemerintahan. Faktanya, ia mengira sedang dikerjai saat pertama kali menerima panggilan tentang pekerjaan tersebut. 

Pria berusia 49 tahun ini meraih gelar doktor computer vision dari Universitas Kwangwoon di Seoul dan menghabiskan bertahun-tahun di afiliasi Samsung, SK, dan LG sebelum menjadi head LG AI Research pada 2020. Di divisi riset LG, ia memimpin pengembangan model bahasa besar (LLM) Exaone — sebuah inisiatif yang ia usulkan dan mendapat dukungan dari Chairman LG Group, Koo Kwang-mo. 

Exaone 4.0, versi terbaru dari model tersebut, ditonjolkan dalam Laporan Difusi AI 2025 Microsoft Corp. sebagai model terdepan Korea, hanya 5,9 bulan di belakang GPT-5 OpenAI. Bae mengatakan salah satu alasan divisi riset tersebut begitu sukses adalah karena ia mengganti hierarki kaku dan sistem kompensasi organisasi dengan sistem berbasis prestasi, memungkinkan divisi tersebut menarik dan mempertahankan talenta teknik terbaik.

Walau awalnya ragu, Bae menerima peran tersebut setelah menyadari bahwa ia dapat memiliki dampak yang jauh lebih besar dengan mendorong kebijakan seperti memastikan ketersediaan GPU secara massal untuk peneliti dan perusahaan teknologi Korea Selatan.

Sejak penunjukannya, kementerian telah meluncurkan proyek nasional untuk memilih model AI dasar Korea. Lima tim — dipimpin oleh Naver Cloud, Upstage, SK Telecom Co., NC AI, dan LG AI Research — dipilih pada Agustus untuk bersaing menciptakan model terbaik. Dalam program ini, satu tim akan dieliminasi setiap enam bulan hingga tersisa dua finalis. 

“Kami tidak memiliki modal atau kumpulan talenta seperti AS atau China,” kata Bae. “Ide dasarnya adalah mengonsentrasikan sumber daya melalui kompetisi.”

Pada Oktober, ia juga menandatangani perjanjian tiga pihak dengan Nvidia dan Hyundai Motor Co. untuk mengembangkan AI fisik secara bersama-sama, di mana teknologi tersebut digunakan untuk robotika dan kendaraan otonom. Bulan berikutnya, ia mengumumkan rencana untuk menarik sekitar 2.000 insinyur dan peneliti terkemuka dari luar negeri di bidang-bidang kunci termasuk AI hingga tahun 2030.

Bae mengatakan bahwa investasi saat ini dalam infrastruktur AI akan menjadi landasan bagi pengembangan AI fisik. Hal ini, katanya, akan sama pentingnya bagi perekonomian Korea seperti internet pada dekade-dekade lalu. “Ada rasa urgensi yang nyata bahwa jika kita tidak melakukannya dengan benar, perekonomian kita bisa terancam,” pungkas dia.

(bbn)

No more pages