Emiten seperti MDKA, BRMS, dan DEWA dipaparkan sebagai cara mendapatkan eksposur terhadap tema tersebut. Pada saat yang sama, sejumlah investor juga menanyakan apakah sudah saatnya bersikap lebih konstruktif terhadap sektor konsumer serta mempertimbangkan kembali bank-bank besar, yang dinilai memiliki valuasi menarik dan imbal hasil dividen tinggi.
UOB Kay Hian juga memaparkan ASII dan TLKM sebagai saham big cap dengan peluang peningkatan dividen dan fokus pada total shareholder return (TSR), yang disebut mendapat respons positif.
“Adapun program makan gratis (MBG) mendapat respons terbatas, meski sebagian investor menilai JPFA sebagai salah satu penerima manfaat.” tulis riset OUB Kay Hian, Selasa (9/12/2025).
UOB Kay Hian menilai momentum ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan, terlihat dari pertumbuhan uang beredar yang menguat, PMI manufaktur yang ekspansif selama empat bulan berturut-turut, serta ekspektasi pulihnya penjualan ritel pada kuartal IV.
Namun, pandangan OVERWEIGHT terhadap sektor konsumer tetap dibayangi risiko depresiasi rupiah. Ekonom perusahaan memperkirakan rata-rata nilai tukar USD/IDR pada 2026 berada di Rp16.900, melemah dibanding rata-rata tahun berjalan 2025 di Rp16.461.
Kondisi tersebut dinilai membuat pemilihan saham konsumer harus lebih selektif. JPFA disebut tetap menjadi salah satu saham pilihan karena valuasi, margin stabil, ROE tinggi, biaya produksi yang struktural lebih rendah, strategi hilirisasi yang jelas, kondisi supply-demand broiler yang sehat, serta potensi dukungan dari program makan gratis. CMRY juga dinilai menonjol berkat inovasi produk, pemasaran efektif, dan distribusi yang disiplin.
Di sektor perbankan, meski valuasi bank-bank BUMN dinilai murah dan menawarkan dividen di atas imbal hasil obligasi pemerintah, UOB Kay Hian menilai potensi re-rating struktural sektor tersebut belum terlihat.
Dari sisi dinamika pasar, UOB Kay Hian menyebut pergerakan indeks masih banyak dipengaruhi arus dana dan aksi korporasi, sebuah tren yang diperkirakan berlanjut hingga 2026.
Prospek masuknya kandidat baru dalam indeks MSCI, likuiditas perdagangan yang tetap kuat, ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 75 basis poin tahun depan, serta stimulus propertumbuhan dari pemerintah menjadi faktor pendukung lanjutan.
Lingkungan imbal hasil dividen yang menarik turut memperkuat daya tarik sejumlah saham besar. Dividen bank-bank BUMN, ASII, dan TLKM disebut berada di atas imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun.
Saham-saham tersebut juga diperdagangkan pada valuasi mendekati rata-rata lima tahun untuk rasio price-to-earnings (PE) ke depan. UOB Kay Hian juga mencatat arus keluar dari obligasi sebesar US$2,1 miliar secara kuartalan, berbanding dengan aliran masuk asing ke pasar saham sebesar US$1,7 miliar
(dhf)






























