“Berdasarkan pola historis tersebut, korelasi yang kuat antara HBA dan harga Newcastle, serta rencana penurunan produksi dan kenaikan DMO,” kata Josua ketika dihubungi, dikutip Senin (24/11/2025).
“Dalam rupiah, dengan asumsi nilai tukar sekitar Rp16.500/dolar, kisaran itu setara dengan kurang lebih Rp1,6 juta sampai Rp1,9 juta per ton,” Josua menegaskan.
Lebih lanjut, untuk batu bara kalori menengah yang menjadi basis indeks ICI-3 pada tahun ini tercatat berada sekitar US$60/ton dan batu bara kalori rendah atau ICI-4 berada di kisaran US$40/ton.
Josua menyatakan dengan mempertimbangkan pelemahan permintaan, proyeksi lembaga internasional, serta pengetatan pasokan Indonesia akibat DMO, maka diperkirakan pada 2026 harga batu bara Indonesia kalori menengah akan bergerak di kisaran US$55—US$70 per ton, sedangkan kalori rendah di kisaran US$35—US$50 per ton.
Implikasi
Josua menyatakan realisasi harga jual rata-rata perusahaan pertambangan batu bara akan bergantung pada struktur kontrak jangka panjang dan komposisi kualitas batu bara.
Walhasil, perusahaan dengan portofolio kalori tinggi dan kontrak tetap cenderung bisa bertahan ketika harga batu bara bergerak pada rentang tersebut.
Sementara itu, produsen batu bara kalori rendah, menurut dia akan sangat bergantung pada pasar spot.
“Pada akhirnya, keberhasilan kebijakan DMO yang diperbesar tidak hanya diukur dari pengaruhnya terhadap harga global, tetapi juga dari keseimbangan antara tiga tujuan: menjaga keamanan pasokan dan harga energi di dalam negeri, menjaga keberlanjutan usaha dan investasi di sektor pertambangan, serta mempertahankan kontribusi penerimaan negara,” tegas Josua.
Dengan demikian, selain mengatur porsi DMO dan menurunkan produksi, Josua mendorong pemerintah turut mengevaluasi harga batu bara khusus DMO agar tidak terlalu jauh tertinggal dari harga pasar, menyempurnakan formula HBA agar lebih adaptif terhadap kondisi global dan struktur biaya, serta melakukan koordinasi erat dengan pelaku industri.
“Sehingga penyesuaian produksi berlangsung terukur dan tidak menimbulkan gejolak mendadak di pasar tenaga kerja maupun penerimaan fiskal,” ungkapnya.
Adapun, Direktur Jenderal (Dijren) Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno memberikan sinyal ingin menambah porsi DMO batu bara lantaran berencana memangkas produksi batu bara pada tahun depan.
Tri menjelaskan rencana kebijakan tersebut pada dasarnya menjadi opsi untuk ditempuh gegara pemerintah berwacana memangkas produksi batu bara pada tahun depan.
Tri menjelaskan jika produksi batu bara dipangkas dan porsi persentase DMO masih dalam besaran yang sama, volume batu bara yang wajib dipasok ke dalam negeri sebenarnya turun. Dengan demikian, wacana menaikkan porsi DMO ditempuh untuk menyeimbangkan hal tersebut.
“Logikanya, kalau misalnya kebutuhan segitu-segitu saja, persentase [DMO]-nya dinaikkan, berarti produksi diturunkan. Tentang sampai seberapa [menaikkan porsi DMO], belum,” kata Tri ditemui di kompleks parlemen, Kamis (13/11/2025).
Tri membuka peluang bahwa target produksi batu bara Indonesia pada tahun depan akan diturunkan menjadi dibawah 700 juta ton atau lebih rendah dari target produksi pada tahun ini sebesar 735 juta ton.
Selain itu, Tri menegaskan langkah yang direncanakan Kementerian ESDM tersebut ingin dilakukan untuk menjaga harga batu bara Indonesia agar tidak makin tertekan.
Dalam perkembangannya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegasakan wacana memperbesar porsi DMO dan memangkas produksi batu bara pada tahun depan tak diikuti dengan merevisi harga batu bara khusus DMO.
“Masih, masih [harga batu bara DMO],” kata Bahlil kepada awak media di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Sebagai informasi, berdasarkan data Argus Media dan Coalindo per 31 Oktober 2025, harga batu bara pada kategori Indonesia Coal Index atau ICI 1 (Indonesian 6,500 GAR / 6,200 NAR) tercatat sebesar US$100,5 per ton pada Oktober 2025, US$99,73 per ton pada September 2025, dan US$99,96 per ton pada Agustus 2025.
Selanjutnya, ICI 2 (Indonesian 5,800 GAR / 5,500 NAR) tercatat sebesar US$77,50 per ton pada Oktober 2025, US$76,20 per ton pada September 2025, dan US$75,41 per ton pada Agustus 2025.
Kemudian, ICI 3 (Indonesian 5,000 GAR / 4,600 NAR) tercatat sebesar US$60,74 per ton pada Oktober 2025, US$58,55 per ton pada September 2025, dan US$57,78 per ton pada Agustus 2025.
Lalu, ICI 4 (Indonesian 4,200 GAR / 3,800 NAR) tercatat sebesar US$44,67 per ton pada Oktober 2025, US$43,00 per ton pada September 2025, dan US$42,53 per ton pada Agustus 2025.
Sementara itu, ICI 5 (Indonesian 3,400 GAR / 3,000 NAR) tercatat sebesar US$31,53 per ton pada Oktober 2025, US$30,73 per ton pada September 2025, dan US$30,62 per ton pada Agustus 2025.
Harga batu bara turun tipis pada perdagangan akhir pekan lalu. Namun, sepanjang sepekan, harga si batu hitam masih naik.
Pada Jumat (21/11/2025), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di US$110,9/ton, turun 0,09% dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Meski begitu, harga komoditas ini masih naik 0,27% sepanjang pekan lalu.
(azr/wdh)
































