Logo Bloomberg Technoz

Pada saat yang sama, lanjut Josua, pasar ekspor yang ditinggalkan Indonesia berpotensi diisi oleh eksportir lainnya seperti Australia, Rusia, dan beberapa produsen lain yang meningkatkan pasokan ketika harga menarik.

Untuk itu, Josua menilai berkurangnya ekspor batu bara kalori menengah–rendah dari Indonesia akan digantikan oleh batu bara dengan kalori lebih tinggi dari negara-negara tersebut.

Menurut Josua, hal tersebut sudah tecermin dari langkah China dan India yang mengurangi impor batu bara Indonesia dan beralih ke batu bara dengan kalori lebih tinggi dari Mongolia, Afrika Selatan, dan negara lain.

“Artinya, penurunan ekspor Indonesia saat ini lebih banyak didorong oleh pelemahan permintaan dan pergeseran kualitas, bukan hanya oleh kebijakan domestik,” ujar Josua.

Tekan Penambang

Dari sisi pelaku usaha, Josua menyatakan para penambang mengeluhkan harga batu bara khusus DMO tidak mengalami penyesuaian sejak 2018, padahal biaya produksi terus mengalami peningkatan.

Sebagai perbandingan, dia mengatakan saat ini harga batu bara DMO untuk pembangkit tenaga listrik dipasok US$70/ton, sementara indeks batu bara Indonesia untuk kalori tinggi (ICI-1) berada disekitar US$102/ton.

“Asosiasi dan para ahli pertambangan mengingatkan bahwa biaya produksi naik akibat rasio pengupasan tanah yang makin tinggi, harga bahan bakar, serta kewajiban biodiesel, sehingga jika porsi DMO dinaikkan tanpa penyesuaian harga DMO, margin perusahaan akan makin tertekan. Tekanan margin ini sudah tercermin pada kinerja beberapa emiten batu bara,” tegas Josua.

Bagaimanapun, Josua menegaskan kebijakan memperbesar DMO dan menurunkan produksi nasional dapat membantu menjaga harga batu bara global agar tidak tertekan ke level yang lebih rendah.

Akan tetapi, lanjut dia, tak realistis jika mengharapkan kebijakan tersebut mampu mendorong naik harga batu bara global.

“Pengaruhnya kemungkinan lebih pada menciptakan batas bawah harga, terutama jika penurunan produksi cukup dalam dan konsisten, sementara di sisi permintaan tidak terjadi perlambatan tambahan yang besar,” ungkap Josua.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan kementeriannya belum berencana untuk meninjau harga wajib pasok dalam negeri untuk batu bara.

Namun, dia tidak menampik Kementerian ESDM tengah berencana untuk memangkas target produksi batu bara tahun depan, sembari membuka opsi mengerek porsi kewajiban pasok domestik.

“Masih, masih [harga batu bara DMO],” kata Bahlil kepada awak media di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (14/11/2025).

Dirjen Minerba ESDM Tri Winarno membuka peluang bahwa target produksi batu bara Indonesia pada tahun depan akan diturunkan di bawah 700 juta ton atau lebih rendah dari target produksi tahun ini.

Selain itu, Tri berharap rencana itu dapat menjaga harga batu bara tidak melanjutkan tren koreksi sepanjang tahun ini. “Ideal itu adalah produksi gede harganya bagus. Ideal itu,” tuturnya.

Adapun, Kementerian ESDM menetapkan target produksi batu bara pada tahun ini sebanyak 735 juta ton.

Sepanjang Januari—September 2025 ESDM mencatat produksi batu bara Indonesia mencapai 585 juta ton atau terkontraksi 7,47% secara tahunan.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor batu bara sepanjang Januari sampai September 2025 minus 20,85% ke level US$17,94 miliar atau sekitar Rp298,79 triliun (asumsi kurs Rp16.655 per dolar AS).

Kinerja ekspor batu bara secara volume terkoreksi 4,74% ke level 285,23 juta ton sampai periode yang berakhir September 2025, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 299,41 juta ton.

Harga batu bara turun tipis pada perdagangan akhir pekan lalu. Namun, sepanjang sepekan, harga si batu hitam masih naik.

Pada Jumat (21/11/2025), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di US$110,9/ton, turun 0,09% dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Meski begitu, harga komoditas ini masih naik 0,27% sepanjang pekan lalu.

(azr/wdh)

No more pages