Logo Bloomberg Technoz

RSV merupakan virus yang sangat menular dan menjadi penyebab sekitar 33 juta kasus infeksi serta 100 ribu kematian anak di bawah lima tahun setiap tahun di dunia. 

Virus ini menyerang semua kelompok usia, namun paling berbahaya bagi bayi prematur, anak di bawah dua tahun, lansia di atas 65 tahun, dan individu dengan daya tahan tubuh lemah.

“Kalau anak di bawah dua tahun kena RSV, dia bisa mengalami bronkiolitis, yaitu infeksi pada saluran napas kecil di paru-paru. Itu yang bisa menyebabkan sesak napas dan bunyi mengi,” kata dr. Ian.

Gejala RSV pada semua usia umumnya sama, yaitu hidung tersumbat, pilek, demam, dan batuk. Namun pada bayi dan lansia, gejala bisa berkembang menjadi mengi, sulit bernapas, atau gangguan makan dan menyusu. Pada anak yang sudah sembuh, infeksi berat akibat RSV juga dapat meningkatkan risiko asma di kemudian hari.

“Kalau dewasa mungkin cuma pegal-pegal atau lemas, tapi bayi bisa kesulitan bernapas karena paru-parunya menyempit,” jelas dr. Ian. 

Ia menekankan, tidak semua infeksi RSV berakhir berat, namun perlu kewaspadaan pada kelompok risiko tinggi.

“Sebagian besar kasus RSV sembuh sendiri, tapi pada bayi kecil, bisa sampai harus dirawat karena paru-parunya mengalami overinflasi, udara masuk tapi susah keluar,” ungkapnya. Dari hasil rontgen, paru anak dengan bronkiolitis akibat RSV biasanya tampak lebih putih dan tidak simetris, menandakan adanya gangguan pernapasan.

dr. Ian mengingatkan, pencegahan dan kewaspadaan dini sangat penting, terutama pada bayi dan lansia. Ia juga menekankan pentingnya edukasi agar orang tua tidak menyepelekan gejala batuk pilek pada anak kecil. “Kalau anak di bawah dua tahun batuk pilek lalu napasnya cepat atau bunyi mengi, segera periksa ke dokter,” pungkasnya.

(dec/spt)

No more pages