Menurut berbagai studi, manusia bisa terpapar mikroplastik melalui makanan, minuman, maupun udara. Mikroplastik dapat ditemukan pada garam, seafood, air minum dalam kemasan, hingga serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan yang terhirup.
Paparan dalam jumlah besar dan jangka panjang diduga berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh. Selain itu, bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel pada mikroplastik dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin. Namun, hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat yang menyimpulkan mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu.
Sebagai langkah pencegahan, Kemenkes mengimbau masyarakat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menjaga kebersihan rumah, serta tidak membakar sampah plastik.
“Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” kata Aji.
Kemenkes juga mendorong masyarakat untuk membawa botol minum isi ulang, memakai tas belanja non-plastik, dan memilah sampah. Langkah kecil tersebut dinilai penting untuk menekan jumlah plastik di lingkungan serta mencegah terbentuknya lebih banyak mikroplastik di masa depan.
(dec/spt)

































