Dari sisi teknikal, PHINTRACO mencatat IHSG telah menembus moving average 20 hari di level 8.117 dengan peningkatan volume transaksi. Indikator Stochastic RSI menunjukkan death cross di area pivot, sedangkan MACD membentuk kemiringan negatif. Berdasarkan kondisi tersebut, IHSG berpotensi menguji level psikologis 8.000 pada perdagangan hari ini.
Namun, BNI Sekuritas dalam laporannya menilai IHSG masih berpeluang rebound setelah koreksi sebelumnya. Aksi jual dinilai lebih disebabkan kekhawatiran sementara atas potensi pengurangan bobot saham Indonesia di MSCI.
BNI Sekuritas mencatat, meski IHSG melemah 1,87%, investor asing masih mencatatkan net buy senilai Rp341 miliar dengan saham yang paling banyak dibeli asing antara lain BBCA, BRPT, BREN, BRMS, dan CUAN.
BNI Sekuritas memperkirakan level support IHSG berada pada kisaran 7.950–8.000 dan resistance di rentang 8.150–8.200. Sementara PHINTRACO menempatkan area support di 8.000 dan resistance di 8.300.
Dari sentimen global, bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan Senin (27/10) dengan ketiga indeks utama mencetak rekor tertinggi baru.
Kenaikan terjadi setelah meredanya ketegangan dagang antara AS dan China memunculkan optimisme tercapainya kesepakatan dagang. Indeks S&P 500 naik 1,23%, Nasdaq Composite menguat 1,86%, dan Dow Jones Industrial Average naik 0,71%.
Pasar saham Asia juga bergerak positif, dipimpin oleh penguatan indeks Kospi Korea Selatan yang naik 2,57% dan Nikkei 225 Jepang yang menguat 2,46%. Harapan baru terhadap kesepakatan dagang AS–China menjadi salah satu pendorong utama kenaikan di kawasan.
Dengan kombinasi faktor eksternal dan domestik tersebut, pelaku pasar diperkirakan akan mencermati perkembangan metodologi MSCI dan rilis laporan keuangan kuartal III/2025 sejumlah emiten besar dalam menentukan arah pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini.
(dhf)































