Pengumuman ini disampaikan saat Trump berkunjung ke Malaysia, yang menjadi tuan rumah KTT ASEAN. Pemimpin AS itu menandatangani perjanjian dagang dengan Kamboja dan Malaysia, serta kerangka kerja perjanjian dengan Thailand.
Pemerintah Vietnam kemudian menyatakan melalui pernyataannya bahwa Perdana Menteri Pham Minh Chinh mengadakan pertemuan singkat dengan Trump di sela-sela pertemuan ASEAN, dan mengundangnya untuk mengunjungi Vietnam atas nama pemimpin tertinggi negara tersebut, To Lam.
Vietnam, negara eksportir utama yang menjual segala hal, mulai dari kopi dan pakaian hingga suku cadang mesin, awalnya diancam dengan tarif 46% oleh AS. Tarif tersebut dikurangi menjadi 20% pada Juli, menjadi kesepakatan pertama di kawasan ini yang diumumkan. Namun, angkanya satu poin persentase lebih tinggi daripada negara-negara tetangganya; Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Hal yang masih belum jelas dalam kesepakatan Vietnam, serta perjanjian Asia Tenggara lainnya, ialah bagaimana AS akan menentukan barang-barang yang dianggapnya sebagai "transshipment," yang dikenai tarif 40% dalam kesepakatan Vietnam.
Ketidakpastian seputar masalah ini telah menempatkan Vietnam dalam posisi sulit, mengingat China merupakan mitra dagang terbesarnya dan sumber utama komponen dan bahan baku impornya.
Menurut pernyataan AS, Vietnam telah setuju untuk mengatasi berbagai isu, termasuk pengakuan standar kendaraan AS, pelonggaran aturan impor untuk alat kesehatan dan farmasi AS, serta pemenuhan komitmen hak kekayaan intelektual internasional.
Kedua negara juga akan menuntaskan komitmen terkait perdagangan digital, jasa, dan investasi.
Vietnam telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang ambisius, setidaknya 10% tahun depan, meski ketidakpastian perdagangan global mengancam akan membebani arus ekspor dan investasi.
Ekonomi negara tersebut tumbuh 8,2% pada kuartal lalu, laju tercepat dalam tiga tahun, seiring pabrik-pabrik mempercepat pengiriman barang ke AS sebelum tarif lebih tinggi berlaku. Vietnam menargetkan pertumbuhan sekitar 8,3%-8,5% pada 2025.
(bbn)
































