Namun, langkah itu mendapat hambatan setelah China pekan lalu menjatuhkan sanksi terhadap unit AS dari perusahaan Hanwha Ocean Co, raksasa galangan kapal asal Korea Selatan. Sanksi tersebut melarang individu dan organisasi di China melakukan transaksi dengan perusahaan tersebut, sekaligus mengancam akan menerapkan langkah balasan tambahan terhadap industri maritim.
“Upaya intimidasi tidak akan menghentikan AS untuk membangun kembali basis industrinya dan merespons secara tepat terhadap upaya China mendominasi sektor-sektor industri strategis,” tegas Greer.
Perseteruan kedua negara juga merembet ke bidang lain. AS dan China saling memberlakukan biaya tambahan bagi kapal dagang masing-masing yang mulai berlaku pekan lalu. Washington juga berencana mengenakan tarif 100% untuk impor peralatan pelabuhan penting dari China, dan mempertimbangkan pajak impor hingga 150% untuk peralatan bongkar muat lainnya. Trump sendiri berupaya mengurangi kendali perusahaan China atas pelabuhan-pelabuhan strategis dunia, termasuk di sekitar Terusan Panama.
Sektor pelayaran hanyalah salah satu dari banyak titik panas dalam hubungan dagang dan geopolitik antara kedua negara. Dalam beberapa bulan terakhir, Beijing memperketat kontrol ekspor logam tanah jarang (rare earth), sementara AS memperluas pembatasan akses China terhadap semikonduktor dan mengancam dengan tambahan tarif 100%.
Sebelumnya pada Senin, Trump mengatakan bahwa ia berencana membahas ambisi teritorial China terhadap Taiwan saat bertemu Presiden Xi Jinping pada KTT APEC di Korea Selatan pekan depan. Ketika ditanya apakah ia memperkirakan China akan menautkan negosiasi dagang dengan isu Taiwan, Trump enggan memberikan jawaban langsung.
(bbn)
































