"Ada konsensus yang semakin kuat di kalangan pembuat kebijakan bahwa peningkatan konsumsi penting mengingat adanya risiko tarif dan penurunan imbal hasil investasi di sektor-sektor tradisional," kata analis Societe Generale SA, Michelle Lam dan Wei Yao, dalam laporannya. "Menetapkan target konsumsi akan mengirim sinyal tekad kebijakan yang lebih kuat."
Pejabat tinggi mengisyaratkan lebih fokus pada konsumsi setelah Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden AS, dengan meningkatkan pengeluaran di sektor seperti pendidikan dan tenaga kerja. Hingga saat ini, mereka telah mengambil langkah-langkah yang relatif terukur dan belum menetapkan target spesifik.
Di level saat ini sekitar 40%, konsumsi rumah tangga sebagai proporsi PDB China lebih rendah daripada rata-rata global sebesar 56%, menurut data Bank Dunia, bahkan tertinggal jauh dari pangsa hampir 60% di negara-negara berpendapatan tinggi.
"Kami mengantisipasi kemandirian teknologi, inovasi, dan keamanan nasional akan tetap jadi fokus kebijakan, sementara reformasi kesejahteraan sosial secara bertahap akan memperoleh dukungan," tulis ekonom Morgan Stanley, termasuk Robin Xing, dalam laporan pekan lalu.
Sekilas, perekonomian China tampak sehat tahun ini, di mana pertumbuhan utama mendekati target pemerintah sekitar 5%. Sektor teknologi tinggi seperti manufaktur otomotif berkinerja baik dan ekspor mencapai rekor baru.
Namun, di balik itu, kerentanan ekonomi terus meningkat. Penurunan harga dan persaingan yang berlebihan mengikis keuntungan perusahaan saat permintaan konsumsi lemah. Sektor perumahan masih lesu dan investasi merosot tajam.
Data baru yang dijadwalkan dirilis pekan depan mungkin akan mengonfirmasi bahwa China mengalami deflasi sembilan kuartal berturut-turut, periode terpanjang penurunan harga secara nasional sejak reformasi pasar pada akhir 1970-an.
Di balik tekanan harga, ada permintaan konsumen yang lemah, diperparah oleh dampak krisis pasar properti. Kelebihan kapasitas di beberapa industri juga menyebabkan kelebihan produksi, memaksa perusahaan menurunkan harga demi bisa bertahan.
Penjualan rumah oleh 100 pengembang terbesar berhenti turun pada September. Meski begitu, ukuran pasarnya saat ini jauh lebih kecil dibandingkan sebelum pemerintah memperketat kredit bagi pengembang sekitar empat tahun lalu.
Rumah baru senilai 253 miliar yuan (US$36 miliar) dijual oleh pengembang terbesar pada September, kurang dari seperempat total penjualan pada bulan yang sama sebelum krisis dimulai tahun 2020.
Dalam sembilan bulan pertama, investasi aset tetap diperkirakan melambat lagi dan tidak berubah dari tahun sebelumnya. Nilainya merosot sejak Mei meski ada ekspansi besar-besaran pinjaman pemerintah untuk mendukung daya beli pemerintah daerah.
Namun, sebagian besar dana tersebut tampaknya digunakan untuk melunasi utang lama, sehingga membatasi efek stimulus terhadap pertumbuhan.
Pemerintah di semua tingkatan menjual obligasi senilai 11,5 triliun yuan pada tiga kuartal pertama, meningkat 60% dibandingkan tahun lalu. Sementara defisit anggaran secara keseluruhan melonjak 42% dalam delapan bulan pertama tahun ini.
Apa Kata Bloomberg Economics...
"Karena sektor swasta lesu, ekspor dan belanja negara harus menanggung beban lebih besar dalam mendorong pertumbuhan. Seiring penerbitan obligasi khusus pemerintah daerah mendekati kuota setahun penuh, bagaimana dana tersebut dialokasikan untuk mendongkrak investasi dan konsumsi akan menjadi kunci bagi kuartal keempat."
— Eric Zhu.
Belanja pemerintah bagi infrastruktur belum cukup untuk menutupi penurunan investasi di sektor real estat dan perlambatan aliran dana ke sektor manufaktur.
Perusahaan asing juga mengurangi pengeluaran mereka. Investasi langsung asing baru yang masuk turun hampir 13% dalam delapan bulan pertama tahun ini, menempatkan China menuju penurunan selama tiga tahun berturut-turut.
Satu titik terang bagi China adalah permintaan asing, menurut data yang dirilis awal pekan ini, neraca perdagangan barang sepanjang tahun ini mencapai rekor US$875 miliar.
Selain mendukung perekonomian, lonjakan ekspor juga memberi Beijing posisi tawar lebih kuat dalam negosiasi dagang dengan pemerintahan Donald Trump. Pasalnya, perusahaan-perusahaan China menunjukkan kemampuan mereka untuk menemukan pasar baru sebagai pengganti AS.
Ekspor bersih mencapai 6,4% dari PDB pada paruh pertama tahun ini—level tertinggi dalam lebih dari satu dekade—yang berkontribusi hampir sepertiga dari pertumbuhan ekonomi.
Ketiadaan peningkatan signifikan dalam permintaan domestik berarti harga konsumen mungkin akan terus menurun pada kuartal ini. Sehingga, target inflasi pemerintah sebesar 2% untuk tahun ini sulit tercapai.
Meski terjadi gejolak dalam beberapa bulan terakhir, kinerja ekonomi yang kuat pada dua kuartal pertama tahun ini kemungkinan berarti stimulus baru tidak akan menjadi agenda utama dalam pertemuan partai pekan depan.
Akhir bulan lalu, pemerintah mengumumkan rencana untuk menawarkan modal senilai 500 miliar yuan melalui kuasi-fiskal yang disebut "instrumen kebijakan pembiayaan baru" untuk memacu investasi.
"Kami tidak memperkirakan pertumbuhan investasi aset tetap menurun lebih lanjut, mengingat upaya pembangunan infrastruktur mungkin masih berlangsung," tulis ekonom Citigroup Inc, termasuk Yu Xiangrong, dalam catatan awal bulan ini.
Suntikan modal terbaru melalui instrumen pembiayaan tersebut "dapat mendukung angka-angka tersebut lebih lanjut hingga akhir tahun," ujar mereka.
(bbn)






























