Logo Bloomberg Technoz

Berdasarkan mandat yang diterima Pefindo, minat penerbitan dari sektor perbankan pada sisa tahun ini masih cukup tinggi, dengan total nilai sekitar Rp11,7 triliun dari lima perusahaan.

“Untuk tahun depan, sektor perbankan masih akan menempati posisi lima besar penerbit surat utang,” ujarnya.

Dari sisi jatuh tempo, perbankan diperkirakan menempati peringkat ketiga terbesar pada 2026 dengan total nilai sekitar Rp17,58 triliun, atau sekitar 12% dari total jatuh tempo obligasi tahun depan yang mencapai Rp149 triliun per akhir September 2025. Angka tersebut berpotensi meningkat menjadi Rp156–160 triliun hingga akhir tahun.

Menurutnya, tambahan likuiditas Rp200 triliun memang dapat mendorong pergeseran sebagian minat korporasi untuk kembali mengakses kredit bank. Namun hal itu tidak akan sepenuhnya menggantikan fungsi pasar surat utang, mengingat perbedaan karakter tenor antara keduanya.

“Kalau pinjaman bank biasanya satu sampai tiga tahun, sedangkan obligasi umumnya lima tahun, bahkan tujuh tahun untuk yang subordinated. Jadi perusahaan akan menyesuaikan dengan kebutuhan struktur utangnya, apakah mau jangka pendek atau panjang,” ujar Suhindarto.

Ia menambahkan, penerbitan obligasi tetap menjadi pilihan bagi korporasi yang memiliki kapasitas dan kebutuhan pendanaan jangka panjang, meskipun akses ke kredit bank menjadi lebih longgar. 

(dhf)

No more pages