Chengdu J-10 akan melengkapi jumlah pesawat tempur baru yang dimiliki Indonesia. Sebelumnya, Indonesia juga telah meneken kontrak pembelian pesawat tempur Rafale pada Februari 2022.
Indonesia juga disebut-sebut bakal memborong pesawat tempur Kaan dari Turki. Pada Juni lalu, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan Turki untuk pembelian pesawat Kaan.
Bahkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sudah memastikan Presiden Prabowo Subianto akan membeli 48 unit pesawat Kaan generasi ke-5 untuk pengadaan dalam kurun satu dekade ke depan.
Impor Alutsista
Bagaimana profil impor Alat Utama Sistem Persenjataan (Alusista) Indonesia? Produk apa yang banyak dibeli dari luar negeri?
Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS), ada beberapa produk Alutsista yang banyak masuk ke Indonesia. Pertama adalah tank dan kendaraan lapis baja lainnya serta bagiannya (HS 87100000). Sepanjang Januari-Juli, nilai impornya adalah US$ 6,68 juta.
Kedua adalah persenjataan artileri seperti pistol, howitzer, dan mortar (HS 93011000). Pada tujuh bulan pertama 2025, nilai impornya adalah US$ 20,83 juta.
Ketiga adalah persenjataan militer selain pistol (HS 93019000). Sepanjang Januari-Juli, nilai impornya tercatat US$ 46,84 juta.
Keempat adalah suku cadang dan aksesoris senjata militer (HS 93059190). Nilai impor sepanjang Januari-Juli ada di US$ 1.372.
Kelima adalah radar untuk kebutuhan militer (HS 85261090). Pada Januari-Juli, nilai impornya adalah US$ 22,15 juta.
Keenam adalah radio navigasi untuk kebutuhan militer (HS 85269190). Nilai impor sepanjang Januari-Juli adalah US$ 14,8 juta.
Kementerian Perdagangan juga memiliki data impor Alutsista sepanjang 2018-2023 (Januari-Mei). Pada periode 2018-2022, impor Alutsista Indonesia tertinggi terjadi pada 2020 yaitu senilai US$ 835,18 juta.
Setelah 2020, impor Alutsista terus mengalami penurunan hingga menyentuh angka US$ 311,21 juta pada 2022. Pada 2023 hingga Mei, impor Alutsista Indonesia senilai US$ 128,18 juta (naik 28,7% secara tahunan).
Sepanjang 2023, impor Alutsista Indonesia adalah sebagai berikut:
-
Tank dan kendaraan perang (60,53%) senilai US$ 77,59 juta.
-
Bom dan amunisi (21,47%) senilai US$ 27,52 juta.
-
Senjata militer selain pistol (15,06%) senilai US$ 19,30 juta.
Impor tank dan kendaraan perang pada 2023 paling banyak berasal dari negara-negara berikut:
-
Belgia (58,75%) senilai US$ 45,58 juta.
-
AS (39,92%) senilai US$ 30,97 juta.
-
Swedia (1%) senilai US$ 776,35 ribu.
-
Turki (0,22%) senilai US$ 168,03 ribu.
Pada 2023, impor bom, granat dan amunisi Indonesia datang dari:
-
Korea Selatan (44,04%) senilai US$ 12,12 juta.
-
China (21,71%) senilai US$ 5,97 juta.
-
Slovakia (15,22%) senilai US$ 4,19 juta.
-
Spanyol (10,74%) senilai US$ 2,96 juta.
-
Brasil (5,23%) senilai US$ 1,44 juta.
Pada 2023, impor senjata militer lain Indonesia mayoritas dari:
-
Afrika Selatan (55,2%) senilai US$ 10,65 juta.
-
Belgia (17,22%) senilai US$ 3,32 juta.
-
Bulgaria (16,84%) senilai US$ 3,25 juta.
-
AS (10,1%) senilai US$ 1,95 juta.
-
Turki (0,63%) senilai US$ 0,12 juta.
(red)































