Direktur dan Corporate Secretary BREN Agus Sandy Widyanto menjelaskan, setelah transaksi penjualan tersebut, porsi kepemilikan Green Era Energy menyusut dari sebelumnya sebesar 30,76 miliar saham atau 22,99% saham menjadi sebesar 30,67 miliar saham, sebesar 22,92%.
“Jumlah saham yang dijual sebesar 88.070.000 saham atau 0,06583% dari jumlah seluruh saham yang telah dikeluarkan perseroan,” mengutip paparannya dalam keterbukaan informasi, Senin.
Penjualan saham tersebut bertujuan untuk menambah free float serta likuiditas saham yang beredar di pasar. Sebagai informasi, free float adalah porsi kepemilikan saham dengan kepemilikan lebih rendah daripada 5%.
“Menambah free float dan likuiditas saham yang beredar di pasar.”
Langkah tersebut sekaligus dapat membuka peluang bagi BREN untuk masuk ke indeks global seperti MSCI atau FTSE di masa mendatang, seperti yang disebutkan Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, Prasetya Gunadi, saham BREN menjadi kandidat kuat untuk menjadi konstituen Indeks MSCI pada November 2025.
Sentimen Investor Masih Kuat
Saham BREN menjadi salah satu emiten yang paling banyak memikat perhatian pasar. Fokus perusahaan pada pengembangan energi panas bumi (geothermal) menjadikannya pionir energi hijau di Bursa Efek Indonesia.
Dengan fundamental yang solid dan dukungan kuat dari grup Barito Pacific, BREN berpeluang memperkuat posisinya sebagai emiten unggulan di bisnis energi hijau Indonesia.
Ditambah lagi oleh paparan riset terbaru Sucor Sekuritas, Andreas Yordan Tarigan memulai cakupan terhadap PT Barito Renewables Energy Tbk (saham BREN) dengan rekomendasi beli (buy) dan target harga berbasis DCF mencapai Rp19.800/saham.
“Keyakinan kami didasari oleh kombinasi kuat antara rencana ekspansi kapasitas tiga kali lipat, visibilitas laba yang solid dari peluang ekspor energi hijau berkualitas tinggi, serta arus kas yang tangguh dengan margin yang kuat,” terang Andreas.
Didukung oleh posisinya sebagai perusahaan energi baru terbarukan terdepan dengan kapitalisasi pasar terbesar, Andreas meyakini BREN berada dalam posisi yang ideal untuk menarik arus masuk investor asing secara signifikan.
Lebih potensial lagi, BREN diestimasikan akan mencatat pertumbuhan laba bersih (Compound Annual Growth Rate/CAGR) sebesar 28% dalam delapan tahun ke depan, dengan laba diproyeksikan mencapai US$810 juta pada 2033.
Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh kenaikan kapasitas sebesar 17% per tahun, disertai tarif listrik yang lebih tinggi berkat potensi ekspor — yang telah kami masukkan dalam skenario dasar dengan rata-rata harga ekspor US$0,13/kWh.
Kombinasi faktor-faktor tersebut memberikan visibilitas arus kas yang kuat serta ketahanan laba jangka panjang, diperkuat oleh percepatan transisi energi terbarukan di Indonesia yang kian mendorong permintaan terhadap listrik hijau.
(fad/aji)































