Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, ketegangan tersebut juga berpotensi menekan sentimen investor global menjelang musim laporan keuangan kuartal III-2025 di Wall Street.

Pekan ini, investor global juga akan mencermati rencana penutupan sebagian layanan pemerintah AS (government shutdown) yang telah memasuki pekan ketiga, serta rilis data perdagangan, inflasi, dan aktivitas perbankan di Tiongkok.
Dari kawasan Eropa, perhatian tertuju pada data produksi industri Euro Area, inflasi, indeks sentimen ZEW Jerman, serta pasar tenaga kerja dan PDB Inggris.

Dari dalam negeri, Phintraco menyoroti agenda rilis data Foreign Direct Investment (FDI) kuartal III-2025 pada 15 Oktober yang akan menjadi sentimen penggerak pasar.

Secara teknikal, beberapa indikator mengindikasikan IHSG masih berpotensi melanjutkan penguatan terbatas, namun risiko pelemahan akibat eskalasi geopolitik AS–Tiongkok tetap perlu diwaspadai.

“Perkembangan terbaru dari perang dagang AS–Tiongkok diperkirakan menjadi sentimen negatif dalam jangka pendek jika ancaman tarif Trump tersebut hanya bagian dari strateginya,” tulis riset Phintraco, Senin (13/10/2025).

Senada, riset BNI Sekuritas mencatat bursa Wall Street mengalami penurunan tajam pada Jumat (10/10/2025) setelah Presiden Trump mengumumkan rencana kenaikan tarif impor terhadap Tiongkok hingga 100%.

Dalam unggahannya di platform Truth Social, Trump menyebut “tidak ada alasan untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping dalam dua minggu sesuai rencana” dan menegaskan masih ada banyak langkah balasan lain yang sedang dipertimbangkan.

Pernyataan tersebut mengguncang pasar saham global. Dow Jones Industrial Average turun 1,90%, S&P 500 terkoreksi 2,71%, dan Nasdaq Composite melemah 3,56%. Saham-saham teknologi dan emiten asal Tiongkok yang terdaftar di AS juga tertekan, di antaranya Alibaba, JD.com, dan PDD Holdings, yang masing-masing turun antara 5,3% hingga 8,5%. Sementara itu, Qualcomm melemah 7,3% setelah otoritas China membuka investigasi antimonopoli terhadap akuisisinya atas Autotalks Israel.

Bursa Asia turut terkoreksi mengikuti pelemahan di Wall Street. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 1,01%, Topix melemah 1,85%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 1,73%, dan Shanghai Composite turun 0,94%. Di kawasan Asia Tenggara, FTSE Straits Times Singapura melemah 0,30%, dan FTSE Malay KLCI turun 0,46%.

BNI Sekuritas menambahkan, pada perdagangan terakhir, IHSG ditutup naik tipis 0,08% disertai net buy asing sebesar Rp1,18 triliun. Saham yang paling banyak dikoleksi asing antara lain CDIA, WIFI, ANTM, BRPT, dan CUAN.

Secara teknikal, BNI Sekuritas memperkirakan IHSG berpotensi terkoreksi mengikuti pelemahan bursa global, dengan support di 8.000–8.150 dan resistance di 8.270–8.300.

Kedua sekuritas menilai, faktor eksternal dari eskalasi perang dagang AS–Tiongkok menjadi penentu utama arah pasar dalam waktu dekat. Selain itu, investor domestik akan menantikan data ekonomi dan arus modal asing yang akan dirilis dalam pekan berjalan.

(dhf)

No more pages