Di sisi berseberangan, sejumlah mata uang Asia masih terjerembab di zona merah, peso Filipina misalnya, yang melemah 0,54%, lalu baht Thailand 0,17%, ringgit Malaysia 0,04%, yen Jepang 0,03%, dolar Taiwan 0,01%, dan yuan China yang terdepresiasi 0,01%.
Kelesuan dolar AS menjadi pelecut semangat bagi rupiah. Reli tiga harinya di tengah minimnya katalis baru, resmi menghentikan dolar.
Pada perdagangan hari ini, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terperangkap di zona pelemahan, melemah 0,02% ke 98,896 berdasarkan real time Bloomberg.
Data yang menjadi pemberat bagi laju dolar AS adalah rilis notula rapat minutes of meeting Bank Sentral AS (Federal Reserve/ The Fed) edisi September. Dalam rapat tersebut, Gubernur Jerome Powell dan kolega sepakat untuk menurunkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps).
Ke depan, ruang pelonggaran moneter masih terbuka. Hal ini terungkap dalam notula tersebut.
Siklus penurunan suku bunga sepertinya sudah pasti terjadi di sisa tahun ini.
“Sebagian besar peserta rapat menilai sudah layak (appropriate) untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut pada sisa tahun ini,” sebut notula rapat The Fed.
Berdasarkan dot plot terbaru, ada kemungkinan Federal Funds Rate bisa turun lagi dua kali sampai dengan tutup tahun yang masing–masing 25 bps. Untuk bulan ini, kemungkinan pemangkasan sebesar 25 bps menjadi 3,75–4% mencapai 94,6%, berdasarkan CME FedWatch.
Saat suku bunga turun, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan ikut berkurang. Ini membuat dolar AS mengalami tekanan jual.
(fad/wep)

































