Logo Bloomberg Technoz

Tesla telah membangun ekspektasi publik terhadap model yang lebih terjangkau sejak awal tahun lalu, ketika sejumlah investor dan pihak internal sempat khawatir atas keputusan CEO Elon Musk untuk mengesampingkan rencana mobil seharga sekitar US$25.000 (Rp415 juta). Musk kini lebih memprioritaskan pengembangan teknologi self-driving dan robot humanoid.

“Mobil kini semakin menjadi mesin kontributor utama bagi transformasi besar Tesla menuju otonomi dan robotika,” ujar Shay Boloor, Kepala Strategi Pasar di Futurum Equities.

Dalam paparan kinerja terbaru, para eksekutif Tesla menyebut bahwa meski perusahaan telah mulai membangun model berharga lebih rendah sejak Juni, produksi penuh sengaja ditunda hingga pemerintah AS resmi menghentikan insentif pajak federal hingga US$7.500 per unit (Rp124 juta. CFO Vaibhav Taneja mengingatkan bahwa peningkatan produksi akan berjalan lebih lambat dari perkiraan awal.

Model baru Tesla ini memiliki jarak tempuh baterai yang lebih pendek dan kehilangan sejumlah fitur seperti pencahayaan interior ambient dan layar tambahan di baris kursi kedua.

Meski Tesla baru saja membukukan rekor pengiriman kendaraan, penjualan globalnya turun sekitar 6% sepanjang tahun ini. Permintaan di pasar utama, yakni AS, juga diperkirakan melemah setelah insentif pemerintah dihapuskan.

Lembaga riset BloombergNEF (BNEF) memperkirakan penjualan kendaraan listrik murni dan hibrida plug-in di AS akan turun menjadi sekitar 332.000 unit pada kuartal IV, dari hampir 500.000 unit di kuartal sebelumnya.

“Harga saham sudah terlalu banyak mencerminkan euforia pasar terhadap peluncuran ini,” kata Dave Mazza, CEO Roundhill Financial. “Hari-hari seperti ini mengingatkan investor akan tantangan nyata yang dihadapi bisnis utama Tesla, terlepas dari impian jangka panjang yang masih menjadi daya tarik sahamnya.”

(bbn)

No more pages