"Saya tidak mau mengomentari pernyataan orang lain. Silakan ditanyakan kepada orang yang mengomentari. Tugas saya adalah bagaimana memastikan agar mengawasi teman-teman, dengan Pertamina untuk yang kilang-kilang lagi berjalan," kata Bahlil.
Asal tahu saja, Pertamina mengendalikan bisnis penyulingan minyak lewat anak usahanya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Saat ini, KPI mengoperasikan enam kilang dengan kapasitas pengolahan mencapai 1 juta barel per hari.
Sejumlah kilang itu termasuk refinery unit (RU) II Dumai dengan kapasitas 170 MBPOD, RU III Plaju berkapasitas 126 MBPOD, RU IV Cilacap berkapasitas 348 MBPOD, RU V Balikpapan berkapasitas 360 MBPOD, RU VI Balongan berkapasitas 150 MBPOD, dan RU VII Kasim berkapasitas 10 MBPOD.
Kedua, mengenai data LPG. Dalam rapat kerja yang sama, Purbaya mengatakan negara melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menanggung beban subsidi sebesar 70% atau setara Rp30.000/tabung LPG 3 kg, sehingga harga jual eceran yang diterima masyarakat bisa ditekan ke level Rp12.750/liter.
Pada tahun lalu, serapan subsidi untuk Gas Melon mencapai Rp80,2 triliun dengan jumlah penerima manfaat sekitar 41,5 juta pelanggan.
Di sisi lain, menurut Bahlil, Purbaya salah membaca data yang diberikan oleh bawahannya atau direktur jenderal di Kemenkeu. Bahkan, Bahlil menuding Purbaya masih butuh adaptasi menjadi Menteri Keuangan.
"Itu mungkin Menkeunya salah baca data itu, biasalah mungkin butuh penyesuaian," kata Bahlil kepada awak media di kantor BPH Migas, Kamis (2/10/2025).
"Mungkin Menkeunya belum dikasih masukan oleh Dirjennya dengan baik atau oleh timnya," lanjut Bahlil.
Pernyataan Bahlil kemudian kembali ditanggapi oleh Purbaya. Dia mengatakan saat ini tengah kembali mempelajari data subsidi LPG 3 Kg yang digelontor pemerintah senilai Rp30.000/tabung, sehingga harga keekonomian yang seharusnya Rp42.750/tabung dapat ditekan menjadi Rp12.750/tabung di tingkat pangkalan resmi Pertamina.
Purbaya menyebut perspektif Bahlil selaku Menteri ESDM dalam membaca data subsidi LPG 3 Kg mungkin berbeda dengan dirinya yang menggunakan sudut pandang akuntan. Untuk itu, dia tidak menyalahkan atau membenarkan pernyataan Bahlil bahwa dirinya "salah membaca data" subsidi energi.
"Namun, saya yakin pada akhirnya besarannya sama juga. [....] Kalau salah hitung bisa nambah duit, saya salah hitung terus biar uang nambah. Akan tetapi, seharusnya sama pada akhirnya."
— Dengan asistensi laporan dari Azura Yumna Ramadani Purnama dan Sultan Ibnu Affan
(dov/ros)





























