Vanda menjelaskan perusahaan mengalami kelangkaan stok BBM sejak Agustus. Dia memprediksi perusahaannya akan mengalami kekosongan pasokan secara menyeluruh pada akhir bulan Oktober 2025.
Shell
President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian menyatakan saat ini perusahaan mengelola sekitar 197 SPBU dan mempekerjakan 5.300 karyawan. Dari total SPBU tersebut, hanya 5 titik yang masih menjual bensin.
Akan tetapi, 5 SPBU tersebut seluruhnya berada di luar Jakarta dan diprediksi pada malam hari ini akan mengalami kehabisan stok secara total.
Akan tetapi, Ingrid memastikan hingga kini Shell tidak melakukan PHK. Dia mengklaim Shell cukup terbantu dengan adanya toko dan bengkel yang dioperasikan perusahaan.
“Jadi dapat saya konfirmasikan, kita [Shell] tidak melakukan PHK,” klaim dia.
“Memang yang terjadi saat ini adalah kami memberikan penyesuaian terhadap jam operasional, karena memang untuk fuel-nya memang sudah tidak ada, Pak. Jadi lebih ke arah di toko, di bengkel kami. Itu yang kami optimalisasikan dengan jumlah pekerjaan yang ada saat ini,” lanjut Ingrid.
Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga (PPN) mengungkapkan PT Vivo Energi Indonesia batal membeli BBM dasaran atau base fuel sebesar 40.000 barel yang telah telanjur diimpor oleh PPN, sebab terdapat kandungan etanol sebesar 3,5% dalam BBM tanpa campuran aditif dan pewarna tersebut.
Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkapkan, hingga Jumat (26/9/2025), sudah terdapat dua operator SPBU swasta yang sebenarnya berminat membeli base fuel yang telah diimpor perseroan, yakni Vivo dan BP-AKR.
Dalam perkembangannya, setelah melakukan negosiasi secara bisnis ke bisnis atau business to business (B2B), BP-AKR dan Vivo membatalkan untuk melanjutkan pembelian BBM tersebut sebab setelah dilakukan pengecekan terdapat kandungan etanol sebesar 3,5% dalam base fuel tersebut.
“Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan. Etanol itu sampai jumlah tertentu. Kalau tidak salah sampai 20% etanol,” ucap Achmad dalam rapat dengar pendapat dengan operator SPBU swasta dan Dirjen Migas ESDM di DPR, Rabu (1/10/2025).
“Nah, sedangkan ada etanol 3,5%. Nah, ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Di mana konten itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah,” lanjut Achmad.
Dalam kaitan itu, Achmad mengungkapkan bahwa operator SPBU swasta membutuhkan total 1,2 juta barel base fuel dengan nilai oktan (RON) 92 dan 278.000 barel base fuel dengan nilai oktan 98.
Adapun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman menyatakan impor kargo BBM dasaran atau base fuel tahap dua yang dilakukan Pertamina untuk memasok operator SPBU swasta akan tiba di Tanah Air hari ini, Kamis (2/10/2025).
Bagaimanapun, dia tidak menyebutkan berapa volume BBM dasaran yang akan dibawa Pertamina ke Tanah Air dalam kargo tahap kedua tersebut.
Sekadar catatan, lima BU hilir migas swasta yang beroperasi di Indonesia dan terlibat dalam rapat pembahasan koordinasi BBM dengan Kementerian ESDM akhir-akhir ini a.l. Shell Indonesia (Shell), PT Aneka Petroindo Raya (BP-AKR), Vivo, PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (Mobil), dan PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA).
(azr/wdh)


































