Logo Bloomberg Technoz

Manuver jual terhadap aset–aset berbasis dolar AS melemahkan mata uang Negeri Paman Sam, imbas Pemerintahan AS resmi memasuki masa penutupan sementara (shutdown), dengan berbagai lembaga mulai mengaktifkan rencana darurat yang membuat ratusan ribu pekerja federal dirumahkan sementara dan menghentikan beragam layanan publik.

Kegagalan Kongres menyetujui anggaran belanja baru sebelum tahun fiskal dimulai pada hari Rabu memicu penutupan pemerintahan pertama sejak 2018–2019, atau yang pertama dalam 7 tahun.

Tidak cuma rupiah, perlambatan laju dolar AS membuat mata uang Asia menapaki jalur hijau. Pada tutup perdagangan, Yen Jepang memimpin penguatan mencapai 0,58%, menyusul rupiah Indonesia yang menguat 0,33%, baht Thailand terapresiasi 0,15%, dolar Singapura menguat 0,12%, dan rupee India positif 0,11%.

Senada, dolar Taiwan juga menguat 0,06%, yuan offshore 0,01%, dolar Hong Kong 0,01%, dan juga ringgit Malaysia yang juga menguat tipis 0,01%.

Mata Uang Asia Kompak Menguat vs Dolar AS (Sumber: Bloomberg)

Jadi dengan penguatan 0,33%, rupiah berhasil menjadi mata uang terkuat kedua di Asia. Hanya kalah dari yen.

Penutupan pemerintahan dapat memberikan dampak yang berbeda–beda terhadap layanan publik, tergantung pada waktu dan durasinya—  serta ketersediaan dana cadangan yang dimiliki beberapa lembaga setelah otoritas belanja tahunan habis. Secara umum, semakin lama penutupan berlangsung, semakin buruk dampaknya.

Pada pasar keuangan, utamanya, Biro Statistik Tenaga Kerja juga akan ditutup, menunda laporan pekerjaan yang seharusnya dirilis hari Jumat dan indikator–indikator penting lainnya. Hal ini membuat Federal Reserve dan investor pasar modal ketiadaan tolok ukur resmi saat mereka mempertimbangkan kemungkinan pemotongan suku bunga. 

Data pemerintah terhenti, mulai dari laporan tenaga kerja yang diagendakan dirilis pada Jumat, tepat saat gambaran ekonomi terlihat lebih buram dari biasanya.

Shutdown ini akan memiliki implikasi lebih besar dari biasanya karena taruhannya sudah begitu tinggi, bahkan sebelum kejadian ini terjadi,” kata Steve Sosnick, kepala strategi dari Interactive Brokers, Bloomberg News

Tepat hingga saat ini, Demokrat dan Republik belum menunjukkan tanda Kompromi terkait tuntutan–tuntutan lain yang diagendakan dalam rancangan belanja sementara.

Di area pasar lain, emas diprediksi tetap menarik sebagai aset safe–haven, terlebih setelah mencapai rekor tertinggi dekat US$4.000. Sebagian kenaikan ini disebabkan oleh melemahnya dolar AS, yang mungkin akan lesu selama shutdown, jika sejarah menjadi acuan.

Shutdown pemerintah federal AS sudah tak terhindarkan lagi, sehingga investor global akan flying blind selama 2–4 minggu ke depan tanpa panduan dari data–data makro krusial, seperti indikator pasar tenaga kerja dan inflasi,” mengutip riset Mega Capital Sekuritas, Rabu.

(fad/wep)

No more pages