Adapun saham teknologi yang melaju pesat adalah, saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) melsat 23,5%, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatat kenaikan 10,5%, dan juga saham PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) terbang 2,78%.
Senada, saham barang baku juga menguat dan mendorong IHSG, saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) melejit 16%, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) lompat 11,3%, serta saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) menguat 5,04%.
Saham–saham LQ45 juga bergerak pada teritori positif antara lain, saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) melesat 19%, dan saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) terbang 2,55%.
Tren positif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) menguat 1,93%, dan juga saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) melesat kenaikan 1,87%.
Adapun Bursa Saham Asia melaju bervariasi pada perdagangan siang hari ini. Indeks Kospi melejit 0,84%, FTSE Malaysia KLCI menguat 0,57%, Strait Times Singapore melesat 0,55%, sedang TOPIX Jepang amblas 1,45%, dan NIKKEI 225 jatuh 0,94%.
Sentimen IHSG Hari Ini
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2025 mengalami surplus mencapai US$5,49 miliar. Artinya, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 64 bulan berturut–turut sejak Mei 2020.
Kinerja neraca perdagangan kali ini lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang terbilang dari posisi Juli US$4,17 miliar.
Neraca perdagangan Agustus 2025 juga lebih baik daripada proyeksi konsensus pasar yang memprediksi surplus neraca perdagangan Tanah Air hanya akan berada pada level US$4 miliar.
Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 19 ekonom/analis menghasilkan median proyeksi neraca perdagangan Agustus senilai US$4 miliar.
Neraca perdagangan Indonesia selalu berada di posisi surplus selama 64 bulan beruntun. Kali Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan adalah pada April 2020.
Data Ekonomi yang juga jadi perhatian adalah inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada September 2025 tercatat sebesar 0,21% secara bulanan (month–to–month/mtm).
Artinya, terjadi laju Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,52 pada Agustus 2025 menjadi 108,74 pada September 2025.
Angka ini berbanding terbalik dari data Agustus yang mencatatkan deflasi 0,08%. Data inflasi bulan ini juga sesuai konsensus pasar yang memperkirakan inflasi September akan berada di level 0,11% dibanding bulan sebelumnya (mtm).
Inflasi tahun ke tahun, September 2025 terhadap September 2024 tercatat 2,65%.
Sedang inflasi tahun kalender, September 2025 terhadap Desember 2024 tercatat 1,82%.
“September 2025 mengalami inflasi, setelah sebelumnya deflasi pada Agustus 2025,” papar Deputi Bidang Statistik BPS M. Habibullah dalam Konferensi Pers Inflasi Periode September, Rabu.
(fad)





























