Netanyahu juga kembali menyinggung serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Ia menyebut para pelaku bahkan merekam aksi mereka untuk ditayangkan ke publik.
Meski demikian, ia nyaris tak menyinggung penderitaan rakyat Palestina di Gaza, kecuali dengan menyatakan bahwa Israel berupaya meminimalisir korban sipil. Netanyahu keras membantah tuduhan bahwa pemerintahannya melakukan genosida atau kebijakan kelaparan paksa.
Fokus utama pidatonya adalah para sandera yang masih ditahan Hamas. Ia menyebut Israel telah memasang pengeras suara di perbatasan Gaza dan bahkan mengambil alih sistem telepon seluler di wilayah itu agar pidatonya bisa disiarkan langsung ke sana.
Namun, bagi banyak pihak di dunia internasional, serangan Israel di Gaza lebih dipandang sebagai kisah rakyat Palestina yang menghadapi kekerasan dan kelaparan akibat balasan tidak proporsional dari negara tetangga yang jauh lebih kuat. Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan sekitar 65.000 orang telah tewas, dan sebagian besar wilayah kini tidak layak huni.
Netanyahu menggambarkan perang melawan Hamas sebagai bagian penting dari upaya mempertahankan kelangsungan Israel dalam menghadapi dorongan Iran untuk melenyapkan negara Yahudi dan memicu jihad global.
Ia menegaskan Israel harus terus melawan program nuklir dan rudal Iran sekaligus menghancurkan Hamas agar serangan serupa 7 Oktober tidak terulang. Menurutnya, Palestina tidak bisa menjadi negara karena “tidak pernah menerima legitimasi negara Yahudi di samping mereka.”
Aksi walk out di Majelis Umum, kata Netanyahu, hanyalah campuran anti-Semitisme dan pencitraan moral semu yang akan mereda ketika Israel memenangkan perang. Ia bahkan berujar bahwa setelah perang usai, Suriah dan Lebanon dapat mengakui Israel, dan suatu saat pemerintahan Iran akan tumbang sehingga hubungan lama antara Iran dan Israel bisa pulih.
Netanyahu kini hanya memiliki sedikit pendukung internasional selain Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang sejauh ini mendukung kebijakan Israel. Pada Senin mendatang, Netanyahu dijadwalkan bertemu Trump di Gedung Putih, dengan masa depan Gaza pascaperang diperkirakan menjadi topik utama pembahasan.
(bbn)


































