Kendati begitu, hal ini juga berpotensi meningkatkan cost of fund (biaya dana) berdenominasi valuta asing, yang dapat menekan margin bank, kecuali diimbangi dan dipadukan dengan aset USD berimbal hasil lebih tinggi (higher–yielding USD assets).
Kebijakan 4% ini mengikuti pernyataan Menteri Keuangan baru pada 19 September mengenai persiapan insentif berbasis pasar untuk mendorong penempatan deposito valas di dalam negeri.
“Kebijakan ini bertujuan memperkuat cadangan devisa nasional, meningkatkan likuiditas dolar AS di perbankan, serta mendukung pembiayaan proyek–proyek strategis pemerintah,” sebut Andrey pada riset yang sama.
Selain itu, langkah ini juga diharapkan dapat membantu menstabilkan rupiah, yang telah melemah mencapai Rp16.765/US$ per siang hari ini, berdasarkan data Bloomberg, — level terendah sejak April lalu — di tengah sentimen pasar yang membayangi.
Head of Research RHB turut menegaskan dan mempertahankan pandangan positif untuk saham–saham perbankan, terutama bank Himbara, didukung oleh ekspektasi likuiditas yang lebih longgar – utamanya dalam pendanaan rupiah – yang seharusnya menurunkan biaya dana dan memperluas NIM, didorong oleh langkah pemangkasan suku bunga agresif Bank Indonesia serta penempatan Rp200 triliun dari Kementerian Keuangan.
Pilihan Utama RHB adalah saham BBRI dan saham BMRI pada bank Himbara, yang didahului oleh saham BBCA dan juga saham BRIS.
“Rekomendasi kami untuk saham-saham perbankan tetap tidak berubah.”
Paparan tersebut sejalan dengan analis Phintraco Sekuritas Nurwachidah, yang menyebut perbaikan kualitas aset berpotensi berlanjut pada semester II–2025. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dinilai tetap stabil di 2,17%, turun 60 bps YoY dan 60 bps MoM pada Juni 2025.
“Kebijakan Likuiditas Makroprudensial, bersama dengan transfer Rp200 triliun dari APBN ke Himbara, berpotensi meningkatkan likuiditas perbankan,” mengutip riset Nurwachidah, Jumat.
Dengan adanya kebijakan KLM dan kebijakan pemerintah yang mendukung perbankan, maka bank mempunyai potensi untuk mengoptimalisasi kinerja kedepannya. Ditambah lagi dengan kualitas aset yang lebih sehat, bank memiliki ruang lebih besar untuk ekspansi kredit yang berkelanjutan.
Dengan berbagai katalis di atas, emiten perbankan pilihan Phintraco adalah saham BRIS, dan menyusul saham BBCA.
(fad/aji)





























