Arief menilai semestinya HET beras medium mengalami kenaikan. Hal ini mengingat biaya produksi petani, seperti bibit hingga pupuk yang lebih tinggi, sehingga harga jual harus disesuaikan agar petani tetap mendapatkan keuntungan dan produksi beras bisa berkelanjutan.
Dalam kaitan itu, Arief menyiratkan bahwa solusi persoalan harga beras yang tinggi di tingkat konsumen dalam beberapa bulan terakhir yakni dengan menaikkan HET beras medium.
“Artinya pada waktu itu, harga itu [HET beras medium] memang harus dinaikkan yang Rp12.500 itu, dia emang harus dinaikkan ke Rp13.500. Karena cost structure-nya usaha tani itu nggak masuk,” jelasnya.
Ihwal pembahasan beras satu harga belum ada, Arief menyebut beras premium dan medium masih tersedia hingga saat ini.
“Yang urgent pada waktu kemarin itu adalah menyeimbangkan harga di hulu sama hilir. Ya kan itu saja kan, kalau satu harga sampai hari ini masih ada [beras] premium-medium. Masih ada semua,” jelasnya.
Sekadar catatan, pemerintah sebelumnya sepakat menghapus klasifikasi beras medium dan premium yang diedarkan di pasar. Langkah ini dilakukan merespons temuan praktik culas sejumlah produsen yang diduga telah mengoplos beras antara jenis premium dan medium.
Persoalan tersebut menyebabkan beras premium sulit didapatkan, terutama di jaringan ritel modern. Yang banyak tersedia justru beras fortifikasi yang tergolong sebagai beras khusus yang harganya di atas beras premium.
Kondisi itu membuat pemerintah melalui Perum Bulog mengguyur toko-toko ritel modern dengan beras SPHP. Target penyaluran beras SPHP di jaringan ritel modern tersebut sebanyak 800.000 ton hingga akhir 2025.
Sebelumnya, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan skema beras satu harga akan tetap berlaku sejalan dengan keputusan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas).
“Karena kita ingin arahnya kan nanti ke satu harga, dengan [HET] Rp13.500 harapan kita lebih banyak nantinya di medium,” kata Ketut saat ditemui di sela seminar mengenai gula nasional, Rabu (27/8/2025).
Saat ditanya lebih lanjut mengenai HET beras medium akan menjadi patokan HET beras satu harga yang menjadi wacana pemerintah, Ketut menyebut masih menghitungnya.
“Kita hitung dulu ya, tapi mungkin arahnya ke situ [HET medium jadi HET beras satu harga]. Kita hitung dulu nanti. Kita kaji butuh waktu, [saat ini] sedang dibahas oleh teman-teman, terkait dengan mutu beras. Nah itu nanti akan ketemu satu harganya berapa,” jelasnya.
(ell)

































