Alhasil rugi bruto tercatat sebesar US$205,76 juta. Semakin tertekan karena keuntungan selisih kurs hanya menyumbang sekitar US$5,40 juta ke pendapatan usaha, padahal periode semester I-2024, pos ini menyumbang sekitar US$22,76 juta.
Kemudian terdapat pos yang menekan kinerja GIAA yaitu pengukuran kembali imbalan pascakerja atau uang pensiun yang tercatat sebesar US$2,21 juta, naik 957,16% dibanding tahun lalu yang tercatat sebesar US$209.220. Pos ini diperparah dengan anjloknya surplus revaluasi aset tetap yang sebelumnya menyumbang pendapatan sebesar US$1,19 juta menjadi hanya US$509.398.
Posisi neraca per akhir Juni 2025, GIAA mencatat total liabilitas sebesar US$8,01 miliar, rinciannya liabilitas jangka panjang sebesar US$6,69 miliar dan liabilitas jangka pendek sebesar US$1,31 miliar. Liabilitas jangka pendek mengalami peningkatan terutama pada pos pinjaman jangka pendek sebesar US$546.365, utang usaha pihak berelasi US$41,05 juta, utang pihak ketiga US$170,33 juta, serta liabilitas kontrak menjadi US$303,34 juta.
GIAA juga mencatat kenaikan defisit ekuitas menjadi sebesar US$1,6 miliar dari posisi Desember 2024 sebesar US$1,35 miliar. Alhasil total aset menjadi sekitar US$6,51 miliar.
(wep)
































