Bedelau Minapolitan, Sinergi Sosial dan Lingkungan Kilang Dumai

Bloomberg Technoz, Jakarta - Keberadaan perusahaan di suatu daerah idealnya tak hanya berfokus pada bisnis, tetapi juga memberi dampak nyata bagi masyarakat sekitar. Hal itu pula yang dijalankan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Dumai melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) bertajuk Bedelau Minapolitan.
“Program Bedelau Minapolitan lahir dari sebuah evaluasi terhadap potensi dan kondisi masyarakat yang berpadu dengan keinginan untuk tumbuh mandiri,” kata Pjs. Corporate Secretary KPI, Milla Suciyani.
Program ini mencakup berbagai subprogram, mulai dari budidaya ikan air tawar, Green Laundry, posyandu ibu dan anak, hingga pertanian sorgum. Semuanya dirancang untuk menjawab tantangan sekaligus memanfaatkan potensi pesisir Dumai.
“Dari program-program ini juga lahir local hero yang dapat menjadi inspirasi,” ujar Milla.
Dari Nelayan Ngokang ke Pembudidaya Lele
Salah satu kisah lahir dari Ramli (61), warga Kelurahan Tanjung Palas, Dumai Timur. Sejak usia 12 tahun, Ramli mencari nafkah sebagai nelayan “ngokang” – sebutan untuk warga yang menjual kebutuhan pokok dari sampan ke kapal yang melintas di Selat Malaka. Pekerjaan ini penuh risiko, mulai dari cuaca buruk hingga ancaman tertabrak kapal besar, sementara penghasilan tak menentu.
“Kalau rezeki di laut tidak pasti, apalagi kalau cuaca buruk,” kata Risman, nelayan lainnya.
Hidup yang keras membuat Ramli mencoba peruntungan lain. Pada 2020, ia bersama Nazaruddin membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Palas Jaya yang beranggotakan 16 orang. Setelah proposal mereka disetujui, Kilang Dumai memberikan bantuan kolam, bibit lele, hingga pelatihan.
Kini, usaha itu berkembang. Dalam sekali panen, kelompok Ramli bisa menghasilkan ratusan kilogram lele. “Alhamdulillah, karena bantuan Kilang Dumai, anak-anak kami bisa melanjutkan pendidikan, bahkan ada yang masuk perguruan tinggi,” ucap Ramli.
Rumput Teki Jadi Sabun Ramah Lingkungan
Cerita lain datang dari Risman yang bersama 15 warga membentuk Kelompok Barter Jaya. Mereka mendirikan Betuah Laundry dengan konsep ramah lingkungan. Uniknya, mereka membuat sabun sendiri dari rumput teki.
“Rumput teki kami keringkan lalu dicampur dengan bahan pembuat sabun. Dengan membuat sabun sendiri, biaya produksi semakin rendah,” jelas Risman.
Tak hanya itu, Betuah Laundry juga memiliki instalasi pengolahan limbah sendiri. Kini, selain jadi andalan warga, usaha tersebut bahkan menjadi langganan Kilang Dumai untuk mencuci seragam pekerja.
Nelayan Mundam dan Budidaya Ikan Kerapu
Program serupa juga menyentuh nelayan tangkap di Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai. Sulaiman (44) yang sebelumnya hanya mengandalkan hasil tangkap di laut, kini bersama 12 anggota koperasi Mundam Jaya mengembangkan budidaya ikan kerapu.
“Kalau kami melaut, istri yang memberi makan ikan di kolam. Ketika pulang, kami lanjut mengontrol,” kata Sulaiman.
Dalam sekali panen, kelompok ini bisa meraup pendapatan hingga Rp27 juta. Selain itu, mereka ikut menanam mangrove dan membangun pemecah ombak sepanjang 86 meter untuk melawan abrasi.
Raih Proper Emas
Area Manager Communications, Relations & CSR Kilang Dumai, Agustiawan, menyebutkan, Program Bedelau Minapolitan telah memberi dampak sosial dan lingkungan yang signifikan.
“Kami melihat ada perubahan nyata pada masyarakat, baik dari sisi kesejahteraan maupun kepedulian terhadap lingkungan,” ujarnya.
Atas kontribusi tersebut, program ini meraih dua predikat Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2024.
“Sesuai namanya, Bedelau yang berarti berkilau dalam bahasa Dumai, program ini bukti nyata bahwa inovasi sosial dan komitmen lingkungan bisa berjalan beriringan,” pungkas Agustiawan.

































