Logo Bloomberg Technoz

"Mengenai 50% menguasai pasar domestik, buat kami ini mustahil. Sekarang saja baru 11%, di atas swasta 60%. Maka kami tidak mau ini jadi omon-omon," tegasnya.

"50% penguasaan pasar domestik itu dicapai tahun berapa? Kami tidak mau ditipu-tipu lagi di tempat ini. Kami minta road map [peta jalan] nya di tahun 2026, berapa persen penguasaan pasar. Dan kalau tidak tercapai, sanggup nggak direksi mundur," lanjutnya.

Sebagai catatan, Garuda masih membukukan kerugian sepanjang kuartal I-2025. Berdasarkan laporan keuangan, Garuda Indonesia (GIAA) mencatat kerugian bersih US$76,49 juta atau setara sekitar Rp1,25 triliun di tiga bulan pertama tahun ini. 

Kerugian bersih GIAA tersebut mengecil dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, US$87,04 juta. GIAA sejatinya mampu mencatat kenaikan pendapatan usaha konsolidasi 1,63% secara tahunan menjadi US$723,56 juta di kuartal I-2025.

Pendapatan dari segmen penerbangan berjadwal masih mendominasi, mencapai US$603,68 juta. Angka ini naik 0,78% dibanding kuartal I-2024 yang sebesar US$599,02 juta.

Kontribusi penerbangan tidak berjadwal kecil. Akan tetapi, pertumbuhannya mencapai 92,89% secara tahunan menjadi US$37,96 juta. Meski top line positif, namun GIAA masih terbebani oleh beban operasional. Tekanan kian besar lantaran beban keuangan perusahaan masih cukup tinggi.

Beban pemeliharaan misalnya. Angkanya naik 26,10% secara tahunan menjadi US$156,19 juta. Beban operasional turun 2,46% secara tahunan, tapi angkanya masih signifikan, mencapai US$361,96 juta.

GIAA mampu mencatat kenaikan keuntungan selisih kurs 63,51% secara tahunan menjadi US$12,82 juta. Namun, angka itu tidak cukup mengkompensasi kenaikan beban keuangan 3,91% secara tahunan yang menjadi US$124,56 juta, sehingga GIAA terpaksa harus kembali mencatat kerugian.

(ell)

No more pages