Logo Bloomberg Technoz

"Mereka setuju untuk kolaborasi dengan Pertamina, syaratnya adalah harus berbasis base fuel, artinya belum bercampur-campur. Jadi produknya saja nanti dicampur di masing-masing, tangki di SPBU masing-masing," kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia usai melakukan pertemuan dengan perusahaan SPBU swasta, Jumat (19/9/2025) sore.

Petugas berjaga saat stok BBM kosong di SPBU VIVO Warung Buncit, Jakarta, Rabu (27/8/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Lebih lanjut, Kementerian ESDM menyatakan perusahaan SPBU swasta menguasai sekitar 15% pangsa pasar BBM nonsubsidi di Indonesia per Juli 2025. Angka itu diklaim naik dari besaran 2024 sebesar 11%.

Dalam kaitan itu, Bahlil memastikan bahwa Pertamina akan mengimpor BBM baru untuk memasok kebutuhan tambahan SPBU swasta seperti Shell Indonesia dan BP-AKR.

Bahlil menjelaskan impor tambahan tersebut dilakukan sebab pasokan bensin yang dimiliki Pertamina saat ini merupakan BBM yang telah dicampur formula aditif Pertamina.

Sementara itu, SPBU swasta menyetujui membeli bensin dari Pertamina dengan syarat produk yang dibeli merupakan BBM murni atau base fuel.

“Dipastikan [impor baru] karena pasokan Pertamina yang sekarang sudah dicampur, jadi kemungkinan besar impornya impor baru,” kata Bahlil.

Meskipun begitu, Bahlil enggan menjelaskan apakah BBM yang dibeli Pertamina tersebut apakah berasal dari Amerika Serikat (AS) atau bukan.

Sebelumnya, padahal, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyatakan impor BBM yang dilakukan akan berasal dari AS dan berkaitan dengan realisasi kesepakatan negosiasi tarif resiprokal dengan pemerintahan Presiden Donald Trump.

Menurut Bahlil, sumber BBM yang akan diimpor Pertamina tidak penting berasal dari mana. Hal yang terpenting, kata Bahlil, adalah bahwa BBM tersebut akan tersedia dalam waktu tujuh hari di SPBU swasta.

“Jangan tanya dari mana, yang penting 7 hari barang sudah kembali ke Indonesia,” ucap Bahlil.

Sebelumnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengungkapkan tambahan kuota impor BBM periode 2025 untuk perusahaan SPBU swasta seperti Shell dan BP-AKR mencapai 7.000—44.000 kiloliter (kl).

Jumlah tersebut merupakan tambahan 10% dari kuota impor yang diberikan pada tahun lalu. Angka tersebut juga terpaut jauh dengan tambahan volume impor BBM yang didapatkan PT Pertamina Patra Niaga untuk tahun ini, yaitu sekitar 613.000 kl.

Dengan begitu, jika mengacu pada volume tambahan kuota 2025 sebesar 10% dari total kuota 2024 dan dibandingkan dengan unit SPBU yang dimiliki, dapat diasumsikan bahwa realisasi impor BP-AKR pada 2024 adalah sekitar 70.000 kl.

Terlebih, per akhir Maret 2025, perseroan telah mengoperasikan 64 SPBU di Indonesia secara kumulatif.

Sementara itu, Shell Indonesia dapat diasumsikan mencatatkan realisasi impor BBM pada 2024 sekitar 440.000 kl. Terlebih, Shell tercatat mengoperasikan sekitar 215 SPBU di Indonesia.

KPPU juga mengungkapkan pangsa pasar Pertamina Patra Niaga dalam segmen BBM nonsubsidi tercatat sekitar 92,5%, sedangkan perusahaan SPBU swasta hanya berada pada kisaran 1%—3%.

Sekadar catatan, sampai dengan Juli 2025, impor minyak mentah dan hasil minyak (termasuk BBM) Indonesia mengalami lonjakan pada dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menurut data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir awal September.

Impor minyak mentah pada Juli 2025 mencapai US$786 juta, membengkak 34,92% secara bulanan. Adapun, impor hasil minyak turut naik 5,38% secara bulanan menjadi US$1,72 miliar pada Juli.

Secara kumulatif, impor minyak mentah Januari—Juli 2025 mencapai US$4,96 miliar,  turun 21,07% dari rentang yang sama tahun lalu. Impor hasil minyak Januari—Juli US$13,41 miliar, juga turun 12,20% secara tahunan.

(azr/wdh)

No more pages