Kemudian sinergitas lintas kementerian. Erick menekankan arahan Presiden agar Kemenpora bersinergi dengan Kemendikbudristek, Kementerian Sosial, dan kementerian lainnya untuk mengoptimalkan keterbatasan anggaran. “Efisiensi dan efektivitas harus terus dilaksanakan, karena kita satu negara,” ujarnya.
Adapun penguatan olahraga sebagai pemersatu bangsa. Ia menekankan olahraga sebagai “duta bangsa” dan simbol persatuan nasional. “Kalah menang itu biasa, tapi yang penting apakah kita memberi 110% di setiap pertandingan,” kata Erick.
Erick mengajak seluruh organisasi olahraga, mulai dari cabang olahraga hingga KOI dan KONI, untuk duduk bersama menyusun roadmap terpadu. “Bukan roadmap kita sendiri-sendiri, tapi roadmap bersama,” tegasnya.
Erick juga mengatakan bahwa dalam masa kepemimpinannya, dia akan mengadakan forum dialog dengan organisasi kepemudaan serta tokoh muda. Erick mengundang seluruh pimpinan organisasi kepemudaan untuk berdiskusi dan merumuskan arah bangsa ke depan, dengan generasi muda sebagai aktor utama.
Erick juga akan menetapkan olahraga dan kepemudaan dalam kerangka persatuan nasional, untuk menegaskan kembali bahwa baik sektor pemuda maupun olahraga tidak boleh menjadi alat pemecah, melainkan harus menjadi kekuatan pemersatu bangsa.
Pidato perdananya juga memperlihatkan gaya kepemimpinan Erick yang egaliter namun tegas. “Saya orang egaliter, meski agak keras. Tapi percayalah, kekerasan saya itu lahir dari rasa cinta terhadap tim,” ujarnya menutup sambutan.
(fik/spt)






























