Dia khawatir, jika pemerintah memaksakan implementasi B50 tanpa kesiapan penuh, masalah terkait dengan performa mesin, aspek distribusi, maupun kepastian bahan baku akan bermunculan.
Di sisi lain, biodiesel B45 juga belum diuji secara formal oleh pemerintah. Walhasil, dia mendorong pemerintah untuk memperkuat kajian teknis tersebut dan memastikan kualitas serta kuantitas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mencukupi untuk menopang program tersebut.
“Intinya, yang paling penting bukan sekadar angka campuran [B40, B45, B50], melainkan kepastian bahwa implementasi tidak menimbulkan masalah teknis dan tetap menjaga daya saing industri transportasi maupun ekspor CPO kita,” tegas Akhmad.
Opsi Lain
Meski begitu, Akhmad menilai dalam jangka pendek pemerintah tetap bisa meneruskan mandatori B40 sembari mematangkan uji teknis dan kesiapan menaikkan kadar bahan bakar nabati tersebut.
“Akan tetapi, kalau ada kebutuhan politis maupun ekonomi untuk menunjukkan progres, B45 bisa menjadi 'jembatan' sementara, asalkan diiringi mitigasi teknis dan evaluasi ketat,” ujar Akhmad.
Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan uji coba atau road test mandatori biodiesel B50 bakal memakan waktu 6 hingga 8 bulan, dan belum berjalan hingga awal Agustus 2025. B50 padahal ditargetkan meluncur pada 2026.
Dalam perkembangannya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia membuka peluang menunda implementasi mandatori biodiesel B50, yang semula ditargetkan mulai pada 2026, dan menggantinya dengan B45.
Akan tetapi, keputusan tersebut baru dapat ditentukan ketika uji coba atau road test biodiesel B50 telah dirampungkan. Dia memastikan kementerian sedang menjalankan uji coba tersebut dan sedang menunggu hasilnya.
“Kita sekarang sedang uji coba, sekarang kan B40 sudah berjalan, alhamdulillah bagus. Ke depan, kita akan dorong untuk di B50, tetapi sekarang kita lagi uji coba. Apakah B45 dulu baru B50, atau langsung? Nanti tunggu hasil uji cobanya,” kata Bahlil kepada awak media, di Kompleks Istana Kepresidenan, dikutip Jumat (12/9/2025).
Bahlil menyatakan uji coba B50 yang dilakukan telah memasuki tahap ketiga, tetapi dia belum bisa mengungkapkan kapan proses road test tersebut dirampungkan.
Terpisah, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi tidak menampik selama ini pemerintah belum pernah melakukan uji coba maupun road test terhadap biodiesel B45.
“B45 itu kita enggak pernah melakukan testing, tetapi ini ada kajian memang di segmen 5 juga. Jadi kita nunggu kajian juga. Kemarin kajian baru pralaporan. Kita masih kritisi banyak, karena asumsi-asumsi yang dipakai itu untuk kajian yang dilakukan oleh BPDP itu kurang, apa ya, mengambil angka-angkanya itu belum pas gitu,” ujarnya ditemui di JCC, Rabu (17/9/2025).
Untuk itu, Eniya mengaku Kementerian ESDM sedang menggandeng para pakar dari universitas, staf khusus, serta staf ahli untuk menguji performa B45.
Sehubungan dengan itu, dia pun belum bisa memutuskan apakah B45 akan dijadikan katalis transisi sebelum pemerintah menerapkan mandatori biodiesel B50; yang semestinya ditargetkan berlaku pada 2026.
Adapun, kata Eniya, beberapa parameter B45 yang juga tengah dikaji dan dikritisi oleh Kementerian ESDM mencakup besaran harga atau biaya minyak sawit sebagai bahan baku, kebutuhan insentif, pungutan ekspor, bea keluar, dan sebagainya.
(azr/wdh)

































