Logo Bloomberg Technoz

Pekan lalu, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra menyampaikan kuota Pertalite saat ini tersisa 10% dari total volume yang ditetapkan sekitar 31,2 juta kl, sementara Solar dilaporkan tersisa 3% dari total kuota sebesar 18,8 juta kl.

“Dapat kami gambarkan bahwa untuk produk Pertalite saat ini, kita realisasi di bawah kuota, 10% di bawah kuota. Untuk solar subsidi juga demikian, kita ada 3% di bawah kuota,” kata Egadalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, pekan lalu.

Menurut Ega, pemerintah tengah melakukan pengendalian subsidi BBM sehingga Pertamina terus mendorong penyaluran subsidi tepat sasaran melalui bantuan teknologi untuk mendata seluruh transaksi produk subsidi.

Hingga saat ini, kata dia, penjualan Pertamax (RON 92) tumbuh 24% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Selanjutnya, penjualan Pertamax Turbo (RON 98) dilaporkan meningkat 55% dari tahun sebelumnya.

“Untuk produk Dex, kita mencatat pertumbuhan 19%. Selain itu, kita melakukan diversifikasi produk yang ramah lingkungan. Penjualan produk ramah lingkungan, termasuk BBM low sulphur dan BBM biofuel, termasuk BBM yang mengandung bioetanol,” ucapnya.

Ega juga menyampaikan hingga Juli 2025, Pertamina telah menjual 59 juta kl produk termasuk untuk ritel dan industri. Dari total itu, 41% di antaranya merupakan penjualan produk-produk nonsubsidi.

Untuk diketahui, Pertamina Patra Niaga sebelumnya melaporkan bahwa sepanjang kuartal I-2025 realisasi penyaluran JBKP Pertalite sampai dengan akhir Maret 2025 mencapai 6,84 juta kl atau 21,9% dari kuota 2025.

Sementara itu, serapan JBT Solar mencapai 4,19 juta kl atau 22,9% dari kuota 2025.

Adapun, korporasi juga sempat memproyeksikan konsumsi Pertalite berada dalam rentang 32,1 juta kl hingga 32,2 juta kl pada 2025.

Sejalan dengan itu, konsumsi Solar diproyeksikan sebesar 18,6 juta kl hingga 18,7 juta kl, sementara minyak tanah atau kerosene adalah 525.000 kl hingga 527.000 kl pada 2025.

(azr/wdh)

No more pages