Logo Bloomberg Technoz

Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) siang hari ini terpantau melaju dengan penguatan 0,17% di rentang 97,692, setelah sebelumnya juga ditutup menguat 0,02%.

Dinamika rupiah yang cenderung terbatas sudah diprediksi sebelumnya menyusul mode wait and see terhadap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang akan menggelar rapat untuk menentukan suku bunga acuan. 

Probabilitas Federal Funds Rate September 2025 (Sumber: CME FedWatch)

Satu yang ditunggu tentu pengumuman suku bunga acuan Federal Funds Rate. Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke 4-4,25% dalam rapat minggu ini adalah 96,4%.

Sedangkan kemungkinan pemangkasan lebih besar mencapai 50 bps menjadi 3,75-4% adalah 3,6%.

“Sekarang pertanyaannya adalah seberapa agresif The Fed akan melakukan pelonggaran moneter. Pasar memperkirakan ada penurunan suku bunga acuan di tiga rapat tahun ini,” papar Kyle Rodda, Senior Market Analyst di Capital.com, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Gareth Ryan, Direktur Pelaksana IUR Capital, menyebut pelonggaran moneter akan tercermin dalam perubahan dot plot, yang memperkirakan arah suku bunga acuan ke depan. Jika dot plot memberi konfirmasi ada pemotongan suku bunga pada tahun ini dan kuartal I-2026, maka pasar akan bereaksi signifikan.

“Namun kalau dot plot tidak memberikan gambaran mengenai penurunan suku bunga pada kuartal I-2026, maka pasar bisa bereaksi lebih besar,” terangnya, yang juga diberitakan Bloomberg News.

Hari ini, pasar juga akan mencermati langkah Bank Indonesia yang akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG_ edisi September, dan akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan.

Konsensus Bloomberg: BI Rate (Bloomberg)

Konsensus pasar dari 29 ekonom/analis yang dihimpun Bloomberg sampai dengan siang hari ini mengestimasikan bunga acuan BI Rate akan ditahan di 5%.

Pasar kemungkinan juga masih akan mencerna serangkaian strategi baru untuk menciptakan lapangan kerja dan memberikan kesejahteraan bagi para pekerja gig, seiringan dengan pasar menyesuaikan diri dengan kebijakan Menteri Jeuangan baru Purbaya Yudhi Sadewa.

“Ketegangan mendasar antara inisiatif pertumbuhan agresif Presiden Prabowo Subianto dan penopang fiskal saat ini masih sangat terasa, dan hal itu akan menjadi sumber perdebatan utama bagi pasar dalam beberapa bulan mendatang,” papar Homin Lee, Ahli Strategi Makro Ekonomi Senior di Lombard Odier Singapore, dikutip dari Bloomberg News.

(fad/aji)

No more pages