“Awal tahun ini, kami menilai ada perubahan struktural dalam permintaan emas. Dengan kemungkinan resesi dan risiko akibat kebijakan tarif, kami yakin bahwa ada skenario bullish harga emas akan terjadi dan kami menaikkan target harga emas,” kata Natasha Kaneva, Head of Global Commodities Strategy di JPMorgan, dalam laporannya.
JPMorgan kini memperkirakan harga emas bisa mencapai rata–rata US$ 3.675/troy ons (Rp 1,94 juta/gram) pada kuartal IV-2025. Pada kuartal II-2026, harga bisa bergerak ke arah US$ 4.000/troy ons (Rp 2,11/gram).
“Kami rasa ada kemungkinan harga bergerak ke batas atas proyeksi tersebut jika permintaan terus di atas ekspektasi. Bagi investor, emas bisa menjadi salah satu alat lindung nilai (hedging) paling optimal di tengah kombinasi stagflasi, resesi, dan arah kebijakan Amerika Serikat (AS) pada 2025 dan 2026,” papar Gregory Shearer, Head of Base and Precious Metals Strategy di JPMorgan.
Kedua adalah Goldman Sachs Group Inc. Bank yang berbasis di Amerika Serikat (AS) ini memperkirakan harga emas bisa reli ke hampir US$ 5.000/troy ons (Rp 2,63 juta/gram).
“Dengan skenario di mana independensi The Fed (Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat/AS) tercederai, maka inflasi bisa terdorong ke atas. Harga saham dan obligasi tenor panjang akan turun, dan posisi dolar AS sebagai cadangan devisa global akan tergerus. Kebalikan dari itu, emas tidak tergantung terhadap kepercayaan terhadap suatu lembaga,” sebut catatan Goldman Sachs.
Skenario dasar harga emas dari Goldman Sachs adalah US$ 4.000 (Rp 2,11 juta/gram) pada pertengahan 2026. Sementara skenario yang lebih optimistis ada di US$ 4.500/troy ons (Rp 2,37 juta/gram) sampai mendekati US$ 5.000/troy ons jika 1% dari kepemilikan obligasi pemerintah AS beralih ke emas.
Ketiga adalah UBS Group AG. Bulan ini, UBS menaikkan target harga emas menjadi US$ 3.800/troy ons (Rp 2 juta/gram) pada akhir tahun. Proyeksi sebelumnya adalah US$ 3.500/troy ons.
UBS memperkirakan harga emas bisa menyentuh US$ 3.900/troy ons (Rp 2,06 juta/gram) pada pertengahan tahun depan.
“Hubungan berbanding terbalik antara emas dan dolar AS masih akan tinggi. Depresiasi dolar AS akan mendorong investasi ke emas sebagai sarana lindung nilai. Presiden AS Donald Trump juga ingin suku bunga rendah yang akan meningkatkan minat terhadap emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil,” papar catatan UBS.
Keempat adalah ANZ Group Holdings Ltd. Lembaga ini menaikkan ‘ramalan’ harga emas menjadi US$ 3.800/troy ons pada akhir 2025.
“Risiko pasar tenaga kerja yang meningkat akan membuat The Fed mempertahankan kebijakan moneter longgar hingga Maret 2026. Kami memperkirakan kepemilikan emas akan terus tumbuh, termasuk di China dan India,” sebut riset ANZ.
(aji)
































