“Kami percaya pada dasarnya bahwa AI akan membuka lebih banyak peluang bagi lebih banyak orang daripada teknologi apa pun sepanjang sejarah, tetapi juga akan mengganggu,” kata Fidji Simo, CEO aplikasi di OpenAI dan mantan petinggi Instacart. “Walau kami tidak dapat menghilangkan disrupsi, kami tentu saja dapat membantu lebih banyak orang untuk menjadi fasih dalam AI dan menghubungkan mereka dengan perusahaan yang membutuhkan keterampilan mereka.”
Untuk platform pekerjaan, OpenAI berencana untuk menggunakan AI dalam membantu mencocokkan pemerintah lokal dan perusahaan dari semua ukuran dengan kandidat potensial. Layanan ini dapat menempatkan developer AI dalam persaingan yang lebih dekat dengan perusahaan seperti LinkedIn, yang dimiliki oleh pendukung OpenAI, Microsoft.
“Saya tidak membayangkannya hanya sebagai lowongan pekerjaan biasa,” kata Simo, yang sebelumnya bekerja sebagai eksekutif di Meta dengan peran pengawas aplikasi utama Facebook. “Saya membayangkannya lebih sebagai kandidat yang dapat berbicara tentang apa yang dapat mereka tawarkan dan mendemonstrasikannya dengan sertifikasi, dan kemudian kami dapat mencocokkannya dengan perusahaan yang memiliki kebutuhan serupa menggunakan AI.”
OpenAI bekerja sama dengan Walmart untuk mengembangkan program sertifikasi, yang rinciannya sedang dalam tahap penyelesaian. Sertifikasi akan tersedia secara gratis untuk sekitar 1,6 juta karyawan toko dan perusahaan Walmart di AS dan bervariasi berdasarkan peran, tetapi mungkin akan dikenakan biaya untuk perusahaan lain di masa depan.
“Kami rasa masa depan ritel akan ditentukan oleh perpaduan antara manusia dan teknologi,” ujar John Furner, CEO bisnis Walmart di AS. Para karyawan sudah menggunakan AI untuk berbagai tugas, seperti merencanakan shift kerja dan memesan inventaris, dan berbagai alat tambahan mulai diluncurkan untuk para pembeli dan pemasok. Tujuannya, katanya, adalah menggunakan teknologi untuk membebaskan waktu karyawan pada kegiatan yang “paling bernilai tambah”, termasuk berinteraksi dengan pelanggan.
Ketika perusahaan berlomba-lomba untuk menggunakan AI, ada kekhawatiran yang meningkat bahwa teknologi ini dapat menggantikan seluruh kategori pekerjaan.
Sebuah studi terbaru dari para peneliti Universitas Stanford menemukan bahwa selama tiga tahun terakhir, lapangan pekerjaan telah turun 13% untuk orang-orang yang baru saja memulai pekerjaan di bidang-bidang yang dianggap paling terpapar oleh AI, seperti akuntan, pengembang, dan asisten administrasi.
“Kami tidak ingin berpura-pura bahwa kami tahu bagaimana perkembangannya,” kata Simo. “Justru sebaliknya, yang ingin kami lakukan adalah memberikan solusi bagi semua jenis pekerja untuk dapat beradaptasi dengan dunia baru ini.”
Simo mencatat bahwa ada suatu masa ketika orang berpikir bahwa spreadsheet Excel akan menggantikan akuntan. Sebaliknya, software ini justru membantu orang-orang dalam peran tersebut, katanya. Demikian juga, Furner menyoroti peran pengambilan dan pengiriman barang secara online yang tidak ada satu dekade yang lalu dan sekarang menjadi bagian besar dari tenaga kerja Walmart saat ini.
“Pada saat yang sama, kami ingin mengakui bahwa ada beberapa kategori pekerjaan yang mungkin akan sangat terganggu,” kata Simo. “Bagi mereka, yang ingin kami tawarkan adalah semua cara untuk benar-benar mempelajari serangkaian keterampilan baru.”
(bbn)































