Sedangkan target support terdekat ada di Rp 16.380/US$. Penembusan di titik ini bisa menyeret mata uang Tanah Air menuju Rp 16.410-16.450/US$.
Asa penguatan rupiah datang dari sentimen global. Malam tadi, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,34% ke 97,896. Ini menjadi yang terendah dalam sepekan terakhir.
Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), rupiah juga menunjukkan apresiasi. Untuk tenor 1 bulan, rupiah diperdagangkan di Rp 16.336/US$.
Pelemahan dolar AS disebabkan oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, probabilitas pemangkasan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25% dalam rapat September adalah 86,2%.
Malam nanti waktu Indonesia, diumumkan data Personal Consumption Expenditure (PCE). Ini adalah data yang menjadi preferensi bank sentral Federal Reserve dalam membaca inflasi.
Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan laju inflasi PCE pada Juli sebesar 2,9% secara tahunan. Jika terwujud, maka akan menjadi yang tertinggi dalam 5 bulan.
Meski demikian, sepertinya investor sudah memasukkan dinamika ini dalam perhitungan mereka, Jadi pasar meyakini The Fed bakal tetap menurunkan suku bunga acuan dalam rapat bulan depan meski laju inflasi terakselerasi.
“Angka yang sesuai ekspektasi atau lebih rendah akan menebalkan keyakinan investor terhadap pemangkasan suku bunga pada September,” ujar Bret Kenwell dari eToro, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Faktor Domestik
Akan tetapi, investor patut waspada karena ada sentimen domestik yang bisa melemahkan rupiah. Gejolak sosial-politik nasional akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja.
Pada 26 dan 28 Agustus, Gedung MPR/DPR/DPD disambangi aksi massa. Tadi malam, situasi agak memanas karena meninggalnya seorang pengemudi ojek online akibat terlindas kendaraan taktis Korps Brimob.
“Kondisi sosial makin tidak kondusif setelah demonstrasi kemarin dengan konsentrasi massa dan kekacauan sosial terus berlanjut hingga pagi ini di sejumlah titik tertentu. Dalam diskusi kami dengan seorang ahli politik tadi malam, kami melihat potensi ketidakpuasan terhadap kinerja parlemen berkembang menjadi konflik antar kelas,” sebut riset Mega Capital Sekuritas.
Pelaku pasar, lanjut riset tersebut, kemungkinan akan merespons dengan aksi jual terutama terhadap aset-aset berisiko.
“Rupiah berpotensi terdepresiasi hari ini ke rentang Rp 16.400-16.500/US$ dipicu foreign capital outflow dan potensi skenario lanjutan menuju Rp 16.500-16.700/US$ apabila eskalasi kondisi sosial terus berlanjut,” tegas riset Mega Capital Sekuritas.
- Dengan asistensi Ruisa Khoiriyah -
(aji)






























