Orang-orang tersebut bisa saja berada di dalam pemerintah atau kontraktor eksternal, terang dia. Juru bicara Kementerian Luspesifik ar Negeri China mengatakan mereka tidak mengetahui yang digambarkan Google.
Juru bicara menambahkan bahwa perusahaan di balik laporan tersebut sebelumnya telah menyebarkan informasi palsu dimana mengaitkan negara tersebut dengan serangan siber.
Laporan tersebut, yang merinci temuan Google pada bulan Maret, menambah ketegangan antara AS dan China dalam hal keamanan siber.
Microsoft Corp. memperingatkan bulan lalu bahwa hacker yang didukung negara China memanfaatkan celah dalam perangkat lunaknya untuk meretas institusi di seluruh dunia.
Pada bagian lain, pemerintah Beijing bulan ini menuding mata-mata AS melancarkan serangan siber terhadap perusahaan militer China melalui celah keamanan lain di Microsoft.
China juga baru-baru ini mempertanyakan keamanan chip AI H20 yang dirancang untuk China oleh Nvidia Corp.
Google mengatakan peretas telah membobol jaringan Wi-Fi target, lalu memanfaatkan akses tersebut untuk mengelabui diplomat agar mengunduh malware yang disamarkan sebagai software plug-in Adobe Inc.
Malware tersebut, yang disebut SOGU.SEC, kemudian diinstal di memori perangkat untuk menghindari deteksi, jelas Whitsell.
“Saya menduga diplomat memiliki dokumen-dokumen sensitif di laptop mereka yang digunakan untuk pekerjaan sehari-hari. Dan ya, begitu Anda masuk ke perangkat tersebut, Anda bisa mendapatkan dokumen-dokumen itu,” kata Whitsell.
Ia menegaskan dirinya tidak dapat melihat berapa banyak data yang dikirim atau hilang.
(bbn)


































