“Pertanyaan bagi para trader di awal pekan ini adalah apakah akan mengikuti reli aset berisiko pada Jumat lalu dan pelemahan dolar AS,” tulis Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone Group di Melbourne, dalam catatan kepada klien. “Risiko bahwa Powell bisa salah membaca situasi mungkin memperkuat alasan untuk memiliki emas. Namun, fakta bahwa ia menegaskan kembali adanya ‘Fed Put’ seharusnya membuat dukungan terhadap aset berisiko tetap bertahan.”
Di Asia, saham-saham China akan menjadi sorotan, di tengah kekhawatiran pasar soal dampak tarif perdagangan dan krisis properti yang berkepanjangan terhadap perekonomian. Kenaikan yang stabil belakangan ini memang mengurangi risiko koreksi mendadak, namun beberapa analis memperingatkan potensi terbentuknya gelembung pasar.
“Pasar mungkin berekspektasi, entah benar atau salah, bahwa fundamental makroekonomi akan membaik,” kata Homin Lee, Senior Macro Strategist di Lombard Odier Ltd, Singapura. “Namun, bull market tidak akan berkelanjutan jika inflasi tetap mendekati 0% dan kemampuan perusahaan menaikkan harga tertekan oleh lemahnya permintaan domestik.”
Sementara itu, pemimpin Jepang dan Korea Selatan bertemu pada Sabtu (23/8) dan sepakat untuk memperkuat kerja sama kedua negara. Mereka menegaskan tantangan ekonomi dan keamanan yang ada menuntut hubungan bilateral yang lebih erat. Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung dijadwalkan melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat untuk bertemu Presiden Donald Trump.
Perubahan Sikap Powell
Sentimen pasar sempat melemah sebelum Jumat lalu. Indeks S&P 500 bahkan melemah dalam lima sesi berturut-turut, terpanjang sejak Januari, karena investor mulai meragukan pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Namun, pernyataan Powell segera membalikkan kekhawatiran tersebut, mengangkat S&P 500 mencatatkan hari terbaik sejak Mei.
Dalam pidato yang kemungkinan menjadi yang terakhir baginya di Jackson Hole sebagai Gubernur The Fed, Powell menyoroti beragam sinyal ekonomi yang masih kabur. Ia menegaskan bahwa dampak tarif terhadap harga kini mulai terlihat, namun masih belum jelas apakah itu akan memicu kembali inflasi secara berkelanjutan. Powell juga menyebut kondisi pasar tenaga kerja saat ini — dengan permintaan dan pasokan tenaga kerja sama-sama menurun — sebagai sesuatu yang “membingungkan.”
Kini, perhatian investor beralih ke Nvidia Corp yang akan melaporkan kinerja kuartalan pada Rabu (27/8) setelah penutupan pasar. Pelaku pasar berharap laporan tersebut bisa meredakan kekhawatiran soal belanja kecerdasan buatan (AI) sekaligus memastikan bahwa reli terbaru di bursa saham bukan sekadar gelembung teknologi.
Di sisi lain, harga minyak dunia menguat setelah sinyal dovish Powell, meski prospek pasokan masih cenderung bearish. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di atas US$63 per barel, sementara Brent bertahan sedikit di bawah US$68.
(bbn)






























