Logo Bloomberg Technoz

CEO Microsoft AI Peringatkan Fenomena Berbahaya AI ke Masyarakat

Farid Nurhakim
23 August 2025 12:00

Pameran China Unicom Hong Kong Ltd di Shanghai, China dengan tampailan papan bertuliskan artificial intelligence. (Dok: Qilai Shen/Bloomberg)
Pameran China Unicom Hong Kong Ltd di Shanghai, China dengan tampailan papan bertuliskan artificial intelligence. (Dok: Qilai Shen/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) Microsoft AI, Mustafa Suleyman memperingatkan soal “seemingly conscious AI” (SCAI) atau “AI yang tampak sadar”. Dia menilai fenomena ini bakal berbahaya bagi masyarakat karena dapat menyebabkan orang-orang membentuk keterikatan dengan kecerdasan buatan (AI) dan mengadvokasi hak-hak AI.

Hal itu dituangkan dalam esai pribadinya yang telah terbit pada Selasa (19/8/2025). Dalam esai yang berisi sekitar 4.600 kata tersebut, Suleyman merespons ihwal adanya fenomena yang berkembang, di mana pengguna kecerdasan buatan menganggap AI mempunyai kualitas kesadaran seperti manusia.

Salah satu pendiri Google DeepMind tersebut—perusahaan yang berfokus pada penelitian AI dan teknologi pembelajaran mesin (machine learning)—mengatakan fenomena SCAI adalah mengacu pada kecerdasan buatan yang bisa meyakinkan penggunanya bahwa AI merupakan jenis manusia baru.  “Kemajuan AI sungguh fenomenal. Beberapa tahun lalu, pembicaraan tentang ‘AI yang tampak sadar’ mungkin terdengar gila. Kini, hal itu terasa semakin mendesak,” tulis Suleyman dalam ringkasan esainya, dikutip Jumat (22/8/2025).


“Sistem AI yang saya bayangkan sebenarnya tidak akan memiliki kesadaran, tetapi akan meniru kesadaran dengan cara yang begitu meyakinkan, sehingga tidak dapat dibedakan dari klaim yang mungkin Anda atau saya buat satu sama lain tentang kesadaran kita sendiri,” sambung dia.

Tak Ada Bukti AI Miliki Kesadaran

Suleyman pun menegaskan bahwa saat ini tidak ada bukti bahwa AI memiliki kesadaran. Namun, dia makin khawatir tentang apa yang disebut psikosis AI, istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan ketika seseorang membentuk keyakinan delusi seusai berinteraksi dengan bot percakapan (chatbot).