Logo Bloomberg Technoz

Kemarin, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,44% ke 98,646. Ini menjadi yang tertinggi sejak 5 Agustus atau lebih dari 2 pekan terakhir.

DXY (Sumber: Bloomberg)

Dolar AS mendapat angin segar karena pasar melihat kemungkinan bank sentral Federal Reserve bisa saja tidak menurunkan suku bunga acuan dalam rapat September. Mengutip CME FedWatch, probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 4,25-4,5% pada rapat bulan depan adalah 24,45%. Ini menjadi yang tertinggi dalam sebulan terakhir.

Perkembangan ini muncul setelah rilis data terbaru. S&P Global melaporkan, Purchasing Managers’ Index (PMI) di AS pada Agustus berada di 55,1 berdasarkan pembacaan awal (flash reading). Ini adalah yang tertinggi sepanjang 2025.

PMI sektor manufaktur pada Agustus berada di 53,3, Naik dibandingkan Juli yang sebesar 49,8 dan dan menjadi yang tertinggi sejak Mei 2022.

Data ini memberi gambaran bahwa ekonomi AS masih solid. Dengan begitu, kebutuhan akan stimulus moneter berupa penurunan suku bunga acuan menjadi lebih kecil.

Saat suku bunga belum turun, maka berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS menjadi lebih menguntungkan. Alhasil, mata uang Negeri Paman Sam pun berjaya.

“Kami memprediksi rupiah melemah ke rentang Rp 16.300-16.400/US$ hari ini akibat penguatan Dollar Index yang dipicu ekspansi kuat sektor manufaktur dan jasa AS pada Agustus berdasarkan rilis data PMI. Hasil ini membuat investor skeptis terhadap peluang Fed Rate cut September,” sebut riset Mega Capital Sekuritas.

- Dengan asistensi Muhammad Julian dan Ruisa Khoiriyah -

(aji)

No more pages