Adapun saham energi yang terbenam di zona merah adalah, saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) ambles 14,8%, saham PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) jatuh 4,76%. Saham PT Atlas Resources Tbk (ARII) drop 3,71%.
Senada, saham infrastruktur juga jatuh hingga menjadi pemberat IHSG, saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) terpeleset 3,22%, saham PT Jaya Konstruksi Tbk (JKON) kehilangan 2,78%. Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melemah 1,74%.
Saham–saham LQ45 juga terbenam dan bergerak pada teritori negatif i.a, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) drop 3,41%, saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Corp Tbk (INKP) melemah 2,19%. Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) terdepresiasi 1,72%.
Neraca Pembayaran RI Defisit
Bank Indonesia (BI) melaporkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal II-2025. Neraca pembayaran mengalami defisit, demikian pula Transaksi Berjalan (current account).
Pada Kamis (21/8/2025), BI mengumumkan NPI mengalami defisit US$6,7 miliar pada Kuartal II-2025. Ini menjadi defisit terdalam sejak Kuartal II-2023 atau dalam 2 tahun.
Transaksi Berjalan mencatat defisit US$3 miliar atau 0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jauh lebih dalam ketimbang Kuartal sebelumnya yaitu US$0,2 miliar (0,1% PDB).
“Neraca perdagangan nonmigas tetap membukukan surplus, meski lebih rendah dibandingkan Kuartal sebelumnya, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas. Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas menurun sejalan dengan harga minyak global yang lebih rendah.”
Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer meningkat dibandingkan Kuartal sebelumnya, seiring dengan kenaikan pembayaran dividen dan bunga/kupon sesuai pola Kuartalan.
“Surplus neraca pendapatan sekunder meningkat dipengaruhi kenaikan hibah dan remitansi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri," papar laporan BI.
Neraca modal dan finansial juga mengalami defisit, kali ini sebesar US$5,2 miliar. Investasi langsung membukukan peningkatan surplus tetapi investasi portofolio mencatat defisit terutama didorong oleh aliran keluar modal asing dalam bentuk surat utang domestik. Sementara itu, investasi lainnya mencatat surplus dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri sektor swasta.
“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait, guna memperkuat ketahanan sektor eksternal. Kinerja NPI 2025 diprakirakan tetap sehat ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial serta defisit transaksi berjalan yang rendah dalam kisaran defisit 0,5% sampai dengan 1,3% dari PDB,” jelas laporan BI.
(fad)






























