Menurut data yang dihimpun Bloomberg Intelligence, laba S&P 500 melampaui ekspektasi kuartal kedua—melesat 9,1%, tiga kali lipat dari perkiraan pramusim dan merupakan tingkat tertinggi sejak 2021.
"Pekan ini kalender ekonomi relatif tenang, jadi para pelaku pasar mungkin mengambil sinyal dari kinerja keuangan, serta perkembangan tarif dan perdagangan baru," kata Chris Larkin dari E*Trade di Morgan Stanley.
Larkin juga memandang pertanyaan kunci saat ini ialah apakah para pelaku pasar akan melihat tanda-tanda pelemahan ekonomi sebagai faktor negatif pasar, atau sebagai katalis bagi The Fed untuk memangkas suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Aksi di pasar obligasi relatif tenang karena AS akan melelang obligasi baru bertenor tiga, 10, dan 30 tahun senilai US$125 miliar pekan ini. Dolar AS relatif stabil.
Harga minyak turun karena para pelaku pasar mempertimbangkan peningkatan pasokan terbaru OPEC+, sementara Presiden Donald Trump berjanji akan menjauhkan sanksi pada India karena membeli minyak mentah Rusia.
Beijing diprediksi dilanda hujan deras lagi hanya sepekan setelah banjir besar menewaskan setidaknya 44 orang.
Para peramal cuaca memperingatkan pada Senin bahwa beberapa wilayah diperkirakan akan diguyur hujan lebih dari 200 milimeter (7,9 inci) dalam enam jam, meningkatkan risiko tanah longsor. Observatorium Hong Kong juga mengeluarkan peringatan hujan untuk Selasa.
Sementara itu, pengiriman dari pabrik Tesla Inc di Shanghai kembali menurun akibat persaingan sengit di China dan ketidakpastian perdagangan global. CEO Elon Musk telah disetujui oleh perusahaan untuk menerima penghargaan saham interim senilai sekitar US$30 miliar.
Mengenai tarif, menurut sumber yang mengetahui hal ini, Uni Eropa memprediksi Trump akan mengumumkan perintah eksekutif pekan ini, meresmikan tarif lebih rendah untuk mobil dan memberi pengecualian tarif untuk barang industri tertentu seperti suku cadang pesawat.
Sementara itu, pemerintah Swiss menyatakan tekadnya untuk memenangkan hati Washington setelah tarif 39% untuk ekspor ke Amerika diumumkan tiba-tiba pekan lalu.
"Asumsi dasar kami tetap bahwa tarif AS pada akhirnya akan sekitar 15%. Meski ini akan menjadi tingkat tertinggi sejak 1930-an dan enam kali lipat dari saat Trump kembali menjabat, kami tidak memperkirakan hal ini akan menyebabkan resesi atau mengakhiri pasar saham yang sedang bullish," kata Ulrike Hoffmann-Burchardi dari UBS Global Wealth Management.
"Namun, dalam jangka pendek, sifat 'jabat tangan' dari kesepakatan dagang yang disepakati sejauh ini berarti ketegangan bisa muncul kembali saat detailnya dinegosiasikan," tukasnya.
(bbn)































