Logo Bloomberg Technoz

Pada kesempatan yang sama, Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan bahwa saat ini produk hasil pencampuran Pertamax dan bioetanol masih dalam proses pengajuan izin ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

“Dalam waktu dekat [diluncurkan]. Jadi, sekarang kita lagi mengajukan izinnya ke pemerintah. Kalau sudah ada izinnya untuk dikomersialisasikan baru kita akan launching. Proses perizinan sejauh ini lancar,” kata dia.

Fadjar menyebut untuk tahap awal produk BBM terbaru Pertamina itu hanya akan tersedia di Surabaya, Jawa Timur. Setelah itu, baru akan disusul oleh daerah-daerah lain yang memungkinkan hingga akhirnya merata ke seluruh Indonesia.

“Kemarin kan uji coba di Surabaya, nanti dijualnya di Surabaya dulu. Harapannya bisa di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Pencampuran Pertamax dengan bioetanol merupakan tindak lanjut dari Program Bioetanol Tebu yang diluncurkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada November 2022 untuk mendorong ketahanan energi. Program akan dimulai dari peluncuran BBM dengan kadar bioetanol 5% (E5), lalu meningkat E10, E20 dan seterusnya.

Mengutip situs resmi Kementerian ESDM, Program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi diproyeksikan bisa menjadi solusi peningkatan jumlah produksi bioetanol nasional dari 40 ribu kiloliter pada 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter pada 2030. Selain itu, menjadi potensi campuran BBM jenis bensin.

Hal tersebut berdasarkan studi yang dilakukan di Brasil, yakni energi yang dihasilkan dari 1 ton tebu setara dengan 1,2 barel minyak mentah.

(rez/frg)

No more pages