“Pasar tenaga kerja yang sebelumnya tampak kokoh kini mulai menunjukkan retakan,” ujar Ellen Zentner dari Morgan Stanley Wealth Management. “The Fed yang tadinya ragu memangkas suku bunga kini mungkin lebih yakin untuk melakukannya pada September, apalagi jika data bulan depan mendukung tren ini.”
Penurunan saham ini sekaligus mengakhiri reli ke rekor tertinggi yang didorong pertumbuhan ekonomi, pendinginan inflasi, dan euforia saham terkait AI. Namun dengan valuasi tinggi, pasar kini menghadapi tantangan lebih berat, di tengah perdebatan seberapa cepat The Fed akan dipaksa memangkas suku bunga.
“Pertanyaannya sekarang: apakah Gedung Putih benar dan The Fed terlambat bertindak?” kata Scott Helfstein dari Global X. “The Fed mungkin benar untuk menunggu, tapi pertumbuhan lapangan kerja dan ekonomi kini melambat dari laju sebelumnya.”
Trump memerintahkan pemecatan Komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) Erika McEntarfer hanya beberapa jam setelah laporan menunjukkan perlambatan tajam pertumbuhan lapangan kerja AS.
“Statistik publik AS adalah standar emas,” ujar Neil Dutta dari Renaissance Macro Research. “Mempertanyakan datanya hanya karena tidak sesuai keinginan merusak kepercayaan pasar.”
Presiden Fed Cleveland Beth Hammack mengatakan di Bloomberg Television bahwa pasar tenaga kerja masih terlihat sehat, meskipun laporan terbaru “tentu mengecewakan.”
Sebelumnya, Gubernur Fed Christopher Waller dan Michelle Bowman menjelaskan alasan perbedaan suara mereka dari keputusan menahan suku bunga minggu ini. Mereka khawatir keterlambatan pemangkasan dapat merusak pasar tenaga kerja.
Trump juga menyebut Ketua Fed Jerome Powell seharusnya “disingkirkan” dan mendesak dewan Fed untuk “mengambil alih kendali” jika suku bunga tidak segera dipangkas.
Selain itu, Gubernur Fed Adriana Kugler mengumumkan pengunduran diri, memberi Trump peluang lebih cepat menunjuk pembuat kebijakan baru yang sejalan dengan pandangannya.
Menurut Alexandra Wilson-Elizondo dari Goldman Sachs Asset Management, data pekerjaan yang lemah langsung menantang sikap hawkish The Fed pada rapat minggu ini.
“Hanya dua hari setelah rapat, kini mandat ganda kembali dibahas,” ujar Chris Zaccarelli dari Northlight Asset Management. “The Fed perlu menyeimbangkan pelemahan pasar tenaga kerja dengan inflasi yang belum cukup melambat.”
Rick Rieder dari BlackRock menilai laporan ini memberi bukti kuat bagi FED untuk melakukan pemangkasan suku bunga September, hanya saja pasar harus menunggu seberapa besar pemangkasan dilakukan.
“September hampir pasti akan ada pemangkasan bahkan bisa langsung 50 basis poin untuk mengejar ketertinggalan,” kata Jamie Cox dari Harris Financial Group.
Bret Kenwell dari eToro menambahkan, tantangan terbesar bagi The Fed adalah menangani perlambatan pasar tenaga kerja di tengah inflasi yang naik.
“Meski belum ekstrem, inflasi naik dan pasar tenaga kerja melemah,” ujarnya. “Jika memburuk, The Fed mungkin akan longgarkan kebijakan, tapi tidak secepat itu bila inflasi tetap tinggi.”
Marvin Loh dari State Street Global Markets mengatakan data pekerjaan terbaru menunjukkan sulitnya keseimbangan The Fed, mengingat upah masih tumbuh cukup kuat dan ketidakpastian tarif tetap besar.
Empat bulan setelah Trump mengejutkan dunia dengan daftar tarif baru, revisi tarif terbaru Kamis lalu membuat investor kembali menghitung dampaknya. Dengan rata-rata 15%, dunia kini menghadapi tarif AS tertinggi sejak 1930-an atau sekitar enam kali lipat dibanding setahun lalu.
“Perkiraan kami, tarif efektif AS akan bertahan sekitar 15% hingga akhir tahun, dan dampak ekonominya masih bisa dikelola,” kata Ulrike Hoffmann-Burchardi dari UBS Global Wealth Management. “Namun, tarif tetap menjadi hambatan bagi perdagangan dan pertumbuhan global serta mulai berkontribusi terhadap inflasi.”
Dengan kabar positif perdagangan yang sudah banyak tercermin di pasar, ia memperkirakan volatilitas saham akan meningkat dalam waktu dekat.
(bbn)






























