Logo Bloomberg Technoz

Erwin menambahkan akuisisi itu turut meningkatkan kapabilitas polimer dari Aster saat ini. Dia menargetkan perseroan dapat memperkuat daya saing di Asia Pasifik.

“Kami kini dapat menawarkan solusi yang lebih beragam untuk sektor kemasan, barang konsumsi, dan industri,” tuturnya.

Di sisi lain, Aster saat ini memiliki kilang terintegrasi dengan kapasitas 237.000 barel per hari (bph), pabrik cracker etilena berkapasitas 1,1 juta metrik ton di Pulau Bukom, serta sejumlah aset kimia hilir di Pulau Jurong.

Seseorang duduk di depan logo Chandra Asri di Cilegon, Banten, Senin (18/11/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Sebelumnya lewat keterangan resmi, Selasa (6/5/2025), Chevron Phillips Chemical mengumumkan penjualan aset mereka ke entitas bisnis PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) tersebut.

“CPSC merupakan tambahan strategis yang sangat cocok bagi Aster, dan kami yakin bisnis ini akan berkembang pesat sebagai bagian dari portofolionya,” tutur Executive Vice President of Commercial CPChem, Justine Smith.

“Melalui transaksi ini, kami mengoptimalkan portofolio aset kami agar tetap kompetitif dan terus menjadi pemasok pilihan bagi pelanggan global kami,” kata Smith.

Lonjakan Laba 

Sebelumnya, induk Aster, TPIA mencatat lonjakan laba bersih yang signifikan pada semester I-2025, yakni sebesar US$1,27 miliar atau sekitar Rp26 triliun.

Laba ini bukan berasal dari aktivitas operasional utama, melainkan didorong oleh pencatatan negative goodwill atau keuntungan dari pembelian aset dengan harga di bawah nilai wajarnya, menyusul aksi akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte Ltd dari Shell.

Chief Financial Officer dan Direktur TPIA, Andre Kohr, menyatakan bahwa pencapaian ini mencerminkan besarnya nilai tambah dari aksi korporasi strategis tersebut.

“Kontributor utama pencapaian ini adalah pencatatan keuntungan dari pembelian dengan harga rendah. Hal ini mendorong kinerja sekaligus memperkuat struktur neraca kami,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Kamis (31/7/2025).

Menurut Andre, akuisisi ini merupakan bagian dari strategi konsolidasi untuk memperluas kehadiran Chandra Asri Group di sektor kimia, energi, dan infrastruktur. Ia menambahkan, aksi tersebut menjadi pijakan penting bagi pertumbuhan jangka panjang perusahaan.

Di luar pencatatan laba akuntansi tersebut, kinerja operasional TPIA sebenarnya masih berada dalam tekanan.

Perusahaan yang dikendalikan konglomerat Prajogo Pangestu itu mencatat rugi kotor US$99 juta hingga akhir Juni 2025, berbalik dari laba kotor US$13 juta pada semester I-2024.

Hal ini disebabkan beban pokok pendapatan yang melonjak drastis sebesar 254 % YoY menjadi US$3,02 miliar, utamanya akibat pembelian bahan baku yang meningkat tajam setelah proses turn around maintenance (TAM) di pabrik-pabrik perseroan.

Meski demikian, pendapatan TPIA naik signifikan menjadi US$2,93 miliar, tumbuh 238 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

(naw/wdh)

No more pages