Sinyal hawkish The Fed dan ketangguhan ekonomi AS yang telah menyeret pelemahan rupiah di pasar offshore, kemungkinan besar akan menjalar ke pasar spot hari ini, Kamis (31/7/2025). Rupiah spot yang kemarin ditutup cuma menguat tipis 0,03% di level Rp16.393/US$.
"Rupiah berpeluang terdepresiasi menuju rentang Rp16.400-Rp16.500/US$ akibat penguatan DXY hingga 1,1% ke level 100," kata tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya pagi ini.
Baca juga: Ekonomi AS Kuartal II Tangguh Berkat Belanja Konsumen & Impor
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi kembali melemah dengan target pelemahan menuju level Rp16.410/US$ yang merupakan support pertama. Target pelemahan kedua akan tertahan di Rp16.450/US$.
Apabila kembali break kedua support tersebut, rupiah berpotensi melemah lanjutan dengan menuju level Rp16.480/US$ hingga Rp16.500/US$ sebagai support terkuat.
Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati ada pada level di kisaran Rp16.350/US$ dan selanjutnya Rp16.310/US$ hingga Rp16.300/US$ potensial.
Ekonomi AS tangguh
Hasil rilis data pertumbuhan AS pada kuartal II-2025 menunjukkan, ekonomi terbesar itu mencatat laju PDB 3%, berbalik positif dari data semula yang negatif 0,5% dan jauh lebih tinggi dibanding ekspektasi pasar.
Hal itu dinilai menunjukkan resiliensi perekonomian AS di tengah tekanan tarif impor universal sebesar 10% dan sejumlah tarif sektoral. Di sisi lain, data inflasi inti PCE juga tercatat naik di atas ekspektasi, sebesar 2,5%.
Data-data tersebut telah membuat para pejabat The Fed dalam FOMC kemarin memilih menahan suku bunga acuan. Sementara prospek kebijakan bunga acuan The Fed pada September nanti akan bergantung pada rilis data inflasi serta tenaga kerja AS pada Juli dan Agustus.
"Bila unemployment rate AS berkisar di 4,2% dan inflasi core PCE bulanan ada di 0,3% month-on-month dalam dua bulan berturut-turut, The Fed berpeluang menahan suku bunga sampai kuartal IV-2025 dengan skenario masih ada satu kali penurnuan bunga acuan sebesar 50 bps," jelas Lionel Priyadi, Fixed Income and Market Strategist Mega Capital Sekuritas.
Sementara bila inflasi inti PCE pada September turun tajam di bawah atau sama dengan 0,2%, penurunan bunga acuan The Fed bisa terjadi pada Oktober. Bila yang terjadi sebaliknya, penurunan bunga acuan kemungkinan terjadi pada Desember.
"Menurut kami, kenaikan yield UST-10Y sebesar 5 bps semalam belum menangkap skenario itu karena investor masih berharap Powell menyerah pada tekanan politik Presiden Donald Trump untuk memangkas bunga acuan secepatnya," kata Lionel.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memberikan suara 9 banding 2 untuk mempertahankan suku bunga acuan bank sentral AS atau Federal Reseve.
Dua anggota Dewan Gubernur The Fed, Christopher Waller dan Michelle Bowman, menyatakan ketidaksetujuan terhadap keputusan tersebut dan memilih opsi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin. Ini merupakan kali pertama sejak tahun 1993 dua anggota dewan menyampaikan pendapat berbeda secara resmi dalam satu keputusan.
Dalam pernyataannya, The Fed menurunkan proyeksi terhadap kondisi perekonomian AS dengan mencatat bahwa “pertumbuhan aktivitas ekonomi melambat pada paruh pertama tahun ini.” Meski begitu, mereka tetap menilai bahwa “kondisi pasar tenaga kerja masih solid,” dan inflasi “masih relatif tinggi.”
The Fed juga menegaskan bahwa ketidakpastian terhadap prospek ekonomi “masih tinggi,” dan menghapus pernyataan sebelumnya yang menyebut bahwa ketidakpastian tersebut “telah berkurang.”
(rui)































