Saham–saham infrastruktur, saham keuangan, dan saham barang baku jadi yang paling ambles hari ini, drop mencapai 3,2%, 2,13%, dan 0,84% secara masing-masing. Disusul oleh saham energi yang melemah 0,76% dan saham properti terdepresiasi 0,11%.
Adapun saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya saham PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM) yang melesat 34,9%, saham PT Era Mandiricemerlang Tbk (IKAN) terbang setinggi 34,9%, dan saham PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA) melejit 34,8%
Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain saham PT Vastland Indonesia Tbk (VAST) yang jatuh 14,9%, saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) drop 12,7%, dan saham PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) ambles 11,3%.
Pada perdagangan Rabu hari ini, Hang Seng (Hong Kong), IHSG (Indonesia), Shenzhen Comp. (China), memimpin pelemahan di Bursa Saham Asia dengan tertekan 1,36%, 0,89%, dan 0,74%.
Disusul oleh Strait Times (Singapore), PSEI (Filipina), NIKKEI 225 (Tokyo), dan CSI 300 (China), yang melemah dan drop dengan masing-masing 0,24%, 0,11%, 0,05%, dan 0,02%.
Bursa Saham Asia lainnya justru menapaki jalur positif dan melesat, i.a TW Weighted Index (Taiwan), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), SETI (Thailand), KOSPI (Korea Selatan), TOPIX (Jepang), SENSEX (India), Shanghai Composite (China), dan KLCI (Malaysia), yang masing-masing berhasil menguat 1,12%, 0,95%, 0,85%, 0,74%, 0,40%, 0,18%, 0,17%, dan 0,04%.
Sentimen Pengumuman Bunga The Fed
Sikap investor di Bursa Asia berpandangan berbeda, menjelang keputusan kebijakan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Keputusan kebijakan The Fed yang akan diumumkan malam ini — di mana para pembuat kebijakan diprediksi akan mempertahankan suku bunga — dengan bunga acuan The Fed bertahan di kisaran 4,25%–4,5% sejak Desember lalu.
Sebagian pelaku pasar cenderung berhati–hati jelang pengumuman hasil pertemuan Bank Sentral AS, pada Kamis dini hari nanti, di mana Gubernur Jerome Powell diestimasikan menghindari sejumlah pertanyaan media yang dinilai enggan memberi sinyal lebih jelas tentang arah suku bunga ke depan.
Dalam situasi yang jarang terjadi, para pengambil kebijakan The Fed akan bersidang di minggu yang sama saat Pemerintah merilis laporan Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, dan indikator inflasi pilihan The Fed, seperti yang dilaporkan Bloomberg News.
Para analis menilai data–data tersebut akan memperlihatkan pemulihan aktivitas ekonomi pada Kuartal II–2025, terutama karena defisit perdagangan yang menyempit tajam, sementara pertumbuhan lapangan kerja diprediksi melambat pada Juli. Laporan ketiga yang menjadi perhatian kemungkinan menunjukkan adanya peningkatan inflasi inti pada Juni dibanding bulan sebelumnya.
“Kami percaya The Fed ingin tetap fleksibel dalam menentukan kapan penurunan suku bunga selanjutnya. Menurut kami, The Fed akan bertahan sampai data riil benar-benar menunjukkan perlambatan ekonomi,” kata Luis Alvarado dari Wells Fargo Investment Institute.
“The Fed masih memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga jelang penutupan tahun jika ekonomi benar–benar melemah dan selama inflasi mendukung.”
(fad)




























