Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham-saham infrastruktur yang menjadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang melemah 9,84%, saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) ambles 6,83% dan saham PT Indosat Tbk (ISAT) drop 4,85%.

Disusul oleh pelemahan saham PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) yang terjun bebas 3,94%, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) turun 2,38%, dan saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang melemah 2,22%.

Saham LQ45 yang berisikan saham unggulan juga tercatat di zona merah, dengan penurunan 0,86% di posisi 798,15 hingga menekan IHSG. Saham–saham LQ45 yang tercatat melemah harganya adalah saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) drop 4,39%, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 3,57%, dan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) kehilangan 3,41%.

Senada, saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) turun 2,97%, saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) tergelincir 2,83%, dan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) melemah 2,46%.

Mencermati sebabnya saham PGEO yang melemah amat dalam, terungkap PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mencatatkan penurunan laba bersih mencapai 28,37% secara tahunan (year–on–year/yoy) pada Semester I–2025.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba bersih PGEO tercatat sebesar US$68,95 juta, turun dari US$96,27 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi top line, PGEO sendiri sejatinya juga mencatatkan performa yang tidak terlalu baik.

Pertamina Geothermal Energy hanya mampu mengakumulasi pendapatan dengan kenaikan tipis tipis 0,53% yoy menjadi US$204,85 juta hingga Juni 2025, atau enam bulan pertama tahun 2025.

Penurunan laba bersih utamanya disebabkan oleh peningkatan beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya yang naik dari US$77,78 juta menjadi US$83,49 juta.

(fad)

No more pages