Sedang saham–saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang jatuh 12,5%, saham PT Xolare Rcr Energy Tbk (SOLA) drop 9,87%, dan saham PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI) ambles 9,8%.
Di sisi yang sama dengan IHSG, Bursa Saham Asia lainnya berhasil menguat. SETI (Thailand), KOSPI (Korea Selatan), SENSEX (India), Shenzhen Comp. (China), CSI 300 (China), dan Shanghai Composite (China) yang berhasil menguat dan menghijau dengan masing-masing 1,36%, 0,66%, 0,55%, 0,46%, 0,39%, dan 0,33%.
Sementara itu, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), TW Weighted Index (Taiwan), PSEI (Filipina), NIKKEI 225 (Tokyo), TOPIX (Jepang), KLCI (Malaysia), Straits Times (Singapura), dan Hang Seng (Hong Kong) terpangkas masing-masing 4,11%, 0,90%, 0,85%, 0,79%, 0,75%, 0,36%, 0,28%, dan 0,15%.
Pasar menanti dengan cermat berbagai sinyal dari rapat Federal Open Market Committee (FOMC), di mana Gubernur The Fed Jerome Powell dan jajaran pejabat Bank Sentral AS akan menggelar pertemuan selama dua hari mulai Selasa ini, di tengah tekanan politik yang tinggi, ketidakpastian kebijakan tarif dagang, dan dinamika ekonomi yang terus berubah.
Yang jadi perhatian pasar, pertemuan ini berlangsung pada minggu–minggu yang sama dengan rilis sejumlah laporan penting, mulai dari Produk Domestik Bruto (PDB), data ketenagakerjaan, hingga indikator inflasi yang menjadi preferensi The Fed. Para analis menilai data–data tersebut akan menunjukkan pemulihan aktivitas ekonomi pada Kuartal II–2025.
Bank Sentral AS (Federal Reserve/ The Fed) pada Rabu, yang diprediksi tidak akan mengubah suku bunga acuannya, juga akan mengumumkan langkah kebijakan moneter mereka.
Konsensus pasar bulat memperkirakan Fed Fund Rate masih akan bertahan di level saat ini 4,25%, akan tetapi pandangan dan komentar Gubernur Jerome Powell akan menjadi hal yang sangat ditunggu oleh pasar dalam menanti sinyal lanjutan kebijakan ke depan.
“Kami tidak memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga pada Rabu ini, namun sangat mungkin mereka memberi sinyal lebih kuat pemangkasan bisa terjadi pada musim gugur, apalagi jika inflasi tetap rendah meski di tengah tekanan tarif,” papar Rick Gardner dari RGA Investments, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
(fad)































